KESANTUNAN WACANA DALAM PENULISAN ILMIAH
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Kelompok
pada
Mata Kuliah Bahasa
Indonesia Semester Tiga
yang
Diampu oleh
Drs. H.
M. Nur Fawzan Ahmad, M. A.
Oleh kelompok 6 :
1.
Johannes Manurung
( 24010113140091 )
2.
Ristanto ( 24010113120027 )
3.
Khomisatun Nisak
( 24010113120048 )
JURUSAN
MATEMATIKA KELAS A
FAKULTAS
SAINS
DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena atas rahmat serta hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kesantunan Wacana dalam Penulisan Ilmiah”
tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam
penyusunan makalah ini penyusun menyampaikan ucapanterima kasih kepada:
- Bapak Drs.H.M. Fawzan Ahmad, M.A selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
- Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan
Bahasa Indonesia..
- Semua pihak yang ikut membantu penyusunan makalah “Kesantunan Wacana dalam
Penulisan Ilmiah”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu
persatu.
Penyusun merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik pada teknis penulisan
maupun materi. oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua kalangan.
Semarang, 07 Oktober
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..……………………………………………….……i
DAFTAR
ISI …………………………………………………………........ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………..2
C. Tujuan Makalah…………………………………………………..2
BAB II KESANTUNAN WACANA DALAM
PENULISAN ILMIAH
A. Pengertian Wacana …………………………………….................3
B. Jenis-jenis Wacana dalam Penulisan Ilmiah…….………...………4
C. Struktur Wacana dalam Penulisan Ilmiah……………...………..12
D. Kriteria Wacana yang Baik…………...........................................16
D. Kriteria Wacana yang Baik…………...........................................16
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………..……………20
B. Saran .
………………………………………………..................20
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………….....21
LAMPIRAN………………………………………………………………22
A. Soal Latihan…………………………………………...................22
B. Jawaban……………………………………………………….... .23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan proses perkuliahan, kita sebagai seorang mahasiswa tidak lepas dari yang namanya membuat tugas. Misalnya, laporan, makalah, TA, dan skripsi.
kita seringkali dibuat bingung dan merasa
kesulitan dalam menyusun kalimat-kalimat atau
wacana untuk menjadi sebuah
karya yang baik dan benar, dengan tujuan utama dari terbentuknya kalimat atau wacana yang baik dan benar adalah dihasilkan sebuah
karangan atau karya ilmiah yang baik dan benar yang mampu menyampaikan ide-ide
pokok yang ingin diungkapkan oleh seorang penulis.
Penulisan karya ilmiah harus mampu menyampaikan
ide-ide pokok secara tepat yang seorang penulis ingin ungkapkan kepada pembaca,
serta dapat membuat pembaca menikmati untuk membaca karangan atau karya ilmiah
tersebut. dalam penulisan karya ilmiah juga harus memperhatikan kesantunan wacana dalam penulisan karya ilmiah. Kita tahu bahwa masyarakat kita sangat menjunjung kesantunan dalam hal apapun. Makna yang akan disampaikan tidak hanya terkait dengan
pemilihan kata, tetapi juga cara penyampaiannya. Sebagai contoh, pemilihan kata
yang tepat apabila disampaikan dengan cara kasar akan tetap dianggap kurang
santun. Kesantunan memang amat penting di mana pun individu berada. Setiap
anggota masyarakat percaya bahwa kesantunan yang diterapkan mencerminkan budaya
suatu masyarakat, termasuk kesantunan wacana dalam penulisan Ilmiah. Kesantunan wacana sangat penting dalam penulisan karya ilmiah. Penulis
dituntut bukan hanya sekedar mengarang saja, tetapi juga harus memperhatikan kesantunan wacana dalam penulisan karya ilmiah tersebut.
kesantunan wacana diperlukan guna menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah yang baik dan
benar.
Dari penjelasan latar belakang
di atas, maka kami mengambil judul “Kesantunan Wacana Dalam Penulisan Ilmiah”
untuk makalah yang kami buat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa masalah-
masalah yang akan dijelaskan pada makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian wacana ?
2.
Bagaimana Jenis-jenis wacana dalam penulisan ilmiah ?
3.
Bagaimana struktur wacana dalam penulisan ilmiah ?
4.
Bagaimana kriteria wacana yang baik ?
C. Tujuan
Tujuan
dari penyusunan makalah ini yaitu :
1.
menjelaskan pengertian wacana.
2.
Menjelaskan jenis-jenis wacana dalam penulisan ilmiah.
3.
Menjelaskan struktur wacana dalam penulisan ilmiah.
4.
Menjelaskan kriteria wacana yang baik.
BAB II
KESANTUNAN WACANA DALAM PENULISAN ILMIAH
A. Pengertian Wacana
“Wacana adalah kesatuan yang tataranya lebih tinggi atau sama dengan kalimat,
terdiri atas rangkaian yang membentuk pesan, memiliki awal dan akhir. Hal tersebut hampir sama seperti yang
diungkapkan oleh Carson bahwa wacana merupakan rentangan ujaran yang berkesinambungan
“( Samsuri, 1985 : 22 ).
Kridalaksana ( 1989 : 259 ) mendefinisikan wacana sebagai satuan bahasa terlengkap dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Muharimin (
2001 : 63 ) mengemukakan bahwa istilah wacana sekarang ini dipakai sebagai terjemahan
discourse yang berarti “ kemampuan untuk maju ( dalam pembahasan ) menurut
urutan-urutan yang teratur dan semestinya “ dan “ komunikasi buah pikiran baik
lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur “ .
Asisi Datang dalam Winarno dkk. ( 2004 : 56 ) menambahkan bahwa di dalam wacana terdapat konsep atau gagasan yang utuh, yang
dipahami tanpa keraguan oleh pembaca atau pendengar. Kata “ dipahami “ berarti
seperangkat kalimat dalam wacana memiliki pertalian secara semantis. Dalam dunia
tulis-menulis, wacana merupakan kumpulan paragraf yang memiliki sebuah konsep utuh dengan
pemahaman yang utuh pula.
Menurut Alwi wacana adalah “rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan lainnya dalam kesatuan makna. Kusno ( 2009 : 24 ) menyebutkan ada enam
unsur penting yang terdapat dalam wacana yaitu (1) satuan bahasa, (2) terlengkap dan
terbesar, (3) di atas kalimat atau klause, (4) teratur atau rapi, (5) lisan dan
tulis, (6) awal dan akhir yang nyata”( Alwi , 2003 : 419 ).
Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian wacana di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa wacana adalah sebuah bentuk tindakan komunikasi
interaktif yang dapat dilakukan baik secara lisan atau tertulis yang teratur
menurut aturan-aturan yang semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan
kepaduan, dan wacana merupakan organisasi bahasa tertinggi yang lebih
besar dari atau di atas kalimat.
B. Jenis-jenis Wacana dalam Penulisan Ilmiah
Menurut Kridalaksana (1989 : 259-263) wacana dapat diklasifikasikan antara lain, berdasarkan
langsung atau tidaknya, berdasarkan bentuknya, dan berdasarkan cara dan tujuan
pemaparannya.
1.
Berdasarkan langsung atau tidaknya
Berdasarkan langsung atau
tidaknya, wacana dibedakan menjadi wacana langsung dan wacana tidak langsung.
a.
Wacana langsung
Wacana langsung adalah kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau
pungtuasi.
b.
Wacana tidak langsung
Wacana tidak langsung adalah
pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip harfiah kata-kata yang dipakai
oleh pembicara dengan mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu,
antara lain dengan klausa subordinatif , kata bahwa, dan sebagainya .
2.
Berdasarkan Bentuknya
a.
Puisi
b.
Prosa
c.
Drama.
3.
Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya
Berdasarkan cara dan tujuan
pemaparannya , wacana dapat dibedakan menjadi wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi , dan
persuasi.
a.
Narasi
Menurut Kridalaksana ( 1989 : 160 ) narasi adalah cerita yang didasarkan pada urutan-urutan
suatu kejadian atau peristiwa. Narasi
dapat berisi fakta, misalnya biografi (riwayat
seseorang), otobiografi atau riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau
kisah pengalaman. Narasi seperti itu disebut narasi ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal atau fiksi atau
rekaan seperti yang biasanya.
Menurut Kridalaksana ( 1989 : 160 ) pada cerita novel atau cerpen. narasi ini disebut dengan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting dalam
sebuah narasi adalah:
1)
Kejadian,
2)
Tokoh,
3)
Konflik,
4)
Alur atau plot,
5)
Latar yang terdiri atas latar waktu,
tempat, suasana.
Narasi
diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara
kronologis. Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan
harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan.
Menurut
Kridalaksana ( 1989 : 160 ) tahapan menulis narasi yaitu sebagai berikut :
1)
Menentukan tema cerita.
2)
Menentukan tujuan.
3)
Mendaftarkan topik atau gagasan pokok.
4)
Menyusun gagasan pokok menjadi kerangka secara kronologis atau urutan waktu.
5)
Mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat
dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian
berdasarkan urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada
tahapan-tahapan peristiwa atau kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerven, roman, kisah
perjalana, cerita sejarah, dan sebagainya.
Contoh wacana narasi :
Pagi itu desa Dawurna betul-betul kisruh. Orang berlarian tak tentu
arah. Ke selatan, utara, dan barat. Yang keselatan terbirit-birit balik arah
sembari berteriak “ Air laut naik “ ada yang mengendarai pit ontel, montor,
mobil. Keluarga Cesi tak punya apa-apa, sambil menggendong putrinya sang ibu
cuma berlari dengan kaki telanjang. Suasananya benar-benar bising. Suara tangis
berlomba-lomba dengan deru kendaraan. Ada yang bilang, “ lari ke bukit “.
Untung saja Cesi dan ibunya masih kuat. Mereka ikut
lari ke bukit desa. Di sana, ratusan warga sudah berkumpul sambil meraung-raung mencari sanak saudara.
Saat bumi sudah tenang mereka baru menengok rumah. Begitu
pula Cesi dan ibunya. Boneka panda Cesi tergeletak di reruntuhan, tapi di
manakah ayahnya ? ( Tempo, 5-11 Juni
2006 )
b.
Deskripsi
Menurut Kridalaksana (1898 : 161) deskripsi adalah karangan
yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan
pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan
sesuai pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca
yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai
kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek, fakta, dan citraan.
Menurut Kridalaksana (1989 : 161) dilihat dari sifat objeknya,
deskripsi dibedakan atas dua macam, yaitu
sebagai berikut.
a. Deskripsi imajinatif atau impresionis, yaitu deskripsi yang
menggambarkan objek benda sesuai kesan atau imajinasi si penulis.
b. Deskripsi faktual atau ekspositoris, yaitu deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan
logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Menurut Kridalaksana (1989
: 161) tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
1.
Menentukan objek pengamatan
2.
Menentukan tujuan
3.
Mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
4.
Menyusun kerangka karangan
5.
Mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Contoh wacana Deskripsi :
Apartemen di
bilangan Casablanca letaknya cukup strategis, dekat area bisnis, pusat
perbelanjaan, pusat hiburan, dan mudah diakses dari berbagai sudut kota. Posisi
hunian bertingkat ini berpengaruh terhadap penampilan bangunan dan pemandangan
ke arah sekitar sehingga apartemen dirancang harmonis dengan kondisi
lingkungannya. Desain arsitektur masa kini tidak lagi hanya bergaya
mediteranian atau gaya klasik. Tren apartemen bergeser ke arah yang lebih
simpel dan modern serta mengacu pada prinsip arsitektur tropis. Selain itu,
susunan ruang ditata efisien dengan mengutamakan kenyamanan. Tata letak setiap
unit apartemen dirancang fleksibel agar memenuhi beragam kebutuhan konsumen,
terutama pada eksekutif muda. Untuk menciptakan kesan lapang, warna-warna muda
dan alami, elemen, soft furnishing dan material kaca dapat diaplikasikan. ( Kompas 18 Februari 2005 ).
c.
Eksposisi
Wacana
eksposisi merupakan rangkaian
tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran. Pokok pikiran itu lebih
dijelaskannya lagi dengan cara menyampaikan uraian bagian-bagian atau
detailnya. Tujuan pokok yang ingin dicapai pada wacana ini tercapainya tingkat
pemahaman akan sesuatu itu supaya lebih jelas, mendalam, dan luas dari sekedar
sebuah pernyataan yang bersifat global atau umum( Kridalaksana , 1989 : 161 ).
Menurut Kridalaksana ( 1989 : 162 ) Pola pengembangan
Eksposisi
terdiri dari lima macam..
1)
Eksposisi proses
Eksposisi proses adalah paragraf
eksposisi yang menjelaskan serangkaian tindakan, pengolahan dalam menghasilkan
sesuatu, uraian cara terjadinya sesuatu, cara melakukan sesuatu secara
kronologis.
Contoh:
Setelah dituang
dari tabung bambu, cairan manis tersebut kemudian disaring, ditampung dalam tempayan kemudian
direbus sampai mendidih. Dalam waktu lebih kurang 2 jam cairan tersebutakan mengental
dan berwarna coklat. Selanjutnya diturunkan dan diaduk dengan posisi miring, agar
menjadi dingin. Lebih kurang 20 menit, cairan gula merah tersebut siap dicetak,
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. ( Kompas
18 Februari 2005 )
2) Eksposisi perbandingan
Eksposisi perbandingan adalah paragraf eksposisi yang menjelaskan perbandingan dua hal atau lebih dengan
menunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dari objek yang
dibandingkan.
Contoh:
Dalam
kesasatraan Indonesia kita mengenal karya sastra yang disebut pantun dan syair.
Kedua karya sastra itu terbentuk puisi dan tergolong karya sastra lama. Keduanya
memiliki jumlah baris yang sama dalam tiap bait, yaitu empat baris. Baik pantun
maupun syair sekarang jarang dijumpai pada karya sastra masa kini. Kalaupun da
abiasanya hanya dalam nyanyian saja. (Kompas 18 Februari 2005 ).
3) Eksposisi sebab-akibat
Eksposisi sebab-akibat adalah paragraf eksposisi yang menguraikan sesuatu dengan cara
dijelaskan dalam bentuk hubungan sebab akibat atau akibat sebab.
Contoh:
Krisis minyak bumi
menambah parahnya inflasi. Dalam waktu singkat harga minyak bumi naik empat kali lipat. Biaya
produksi pun naik karena pabrik banyak menggunakan bahan bakar minyak untuk
mengoperasikan mesin. Harga barang-barang di pasaran juga menjadi semakin
tinggi. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi semakin menurun. ( Kompas 18 Februari 2005 ).
4) Eksposisi illustrasi
Eksposisi illustrasi adalah paragraf eksposisi yang menggunakan penjelasan tambahan untuk memperjelas
paparan lain.
Contoh:
Menurut undang-undang ketenagakerjaan semua perusahaan diwajibkan menjamin keselamatan dan kesehatan setiap tenaga kerjanya. Jam
kerja para karyawan ditentukan. Biasanya 8 jam sehari. Tiga jam setelah bekerja. Mereka
diberikan kesempatan untuk istirahat selama lebih kurang 15 menit. Waktu istirahat digunakan untuk meminum menikmati makanana kecil. Setelah
itu mereka bekerja kembali. Selain itu, para pekerja diwajibkan mengenakan masker,
khususnya di tempat kerja yang berasap, berdebu, dan berabu. ( Kompas 18 Februari 2005 ).
5) Eksposisi Umum Khusus atau khusus umum.
Eksposisi Umum Khusus atau khusus umum adalah paragraf
eksposisi yang dimulai dengan menjelaskan sesuatu dari hal-hal yang bersifat
umum kemudian menjelaskannya dengan kalimat-kalimat pendukung yang lebih
khusus.
Contoh:
Industri berskala rumah tangga mengalami perkembangan pesat. Industri kompor
minyak di Jawa Timur bahkan telah berancang-ancang ekspor. Industri emping belinjo di Jawa Tengah pun tidak mau ketinggalan, perkembangannya cukup membanggakan. Demikian
juga industri kerajinan senjata tajam (bedog) di Jawa timur. Pemasaran senjata
jenis golok ini telah sampai ke pulau Sumatra ( Kompas 18 Februari 2005 ).
Menurut Kridalaksana (1989 : 162) tahapan menulis karangan
eksposisi ada
lima, yaitu sebagai berikut:
a) Menetapkan objek pengamatan
b) Menentukan tujuan tulisan dan pola penyajian eksposisi
Tujuan tulisan ditetapkan agar pokok persoalan yang ditulis mudah dipahami
pembaca.
c) Mengumpulkan bahan tulisan
Bahan tulisan eksposisi dapat diperoleh melalui berbagai sumber, misalnya
sumber tertulis (koran, buku, majalah, dsb), wawancara
dengan narasumber, pengamatam langsung terhadap suatu objek, angket yang
disebarkan kepada masyarakat, dsb.
d) Membuat kerangka tulisan
Kerangka tulisan dibuat berdasarkan bahan-bahan yang telah diperoleh.
e)
Mengembangkan tulisan
1) Kerangka karangan yang telah disusun kemudian di kembangkan.
2) Kembangkan karangan-karangan dengan menggunajan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, serta perhatikan pula kohesi dan kohorensi
kalimat.
3) Berikan judul yang menarik dan sesuai dengan tema
tulisan serta tuliskan judul dengan baik dan benar.
d. Argumentsi
Menurut Kridalaksana (1989 : 162) karangan argumentasi adalah karangan yang berisi pendapat, sikap,
atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan
pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha
meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi
dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan
memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.
Menurut Kridalaksana (1989 : 162) tahapan menulis karangan
argumentasi ada
lima tahap.
1) Menentukan tema atau topik permasalahan,
2) Merumuskan tujuan penulisan,
3) Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti,
fakta, atau pernyataan yang mendukung,
4) Menyusun kerangka karangan, dan
5) Mengembangkan kerangka karangan.
Contoh wacana
argumentasi:
Malino merupakan
salah satu objek wisata di Sulawesi Selatan. Akhir-akhir ini objek wisata
tersebut sudah menjadi salah satu alternative
yang dipilih oleh warga Kota Makassar. Letaknya yang tidak terlalu jauh
dari pusat Kota Makassar membuatnya banyak wisatawan yang senang ke sana.
Daerah pegunungan yang berjarak sekitar 40 km dari Makassar ini memiliki udara
yang sejuk dan bersih. Setiap hari Sabtu sore villa dan penginapan di sana
sudah mulai dipenuhi wisatawan. Kalau ingin menikmati indahnya suasana di
pegunungan sambil memandang pohon pinus dan kebun teh yang menghijau, maka Malinolah
tempat yang paling tepat. ( Kompas 18 Februari 2005 ).
e. Persuasi
Menurut Kridalaksana (1989 : 163) wacana persuasi
adalah wacana yang isinya bersifat ajakan atau nasihat, biasanya ringkas dan menarik, serta bertujuan
untuk mempengaruhi secara kuat pada pembaca atau pendengar agar melakukan
nasihat atau ajakan tersebut. Wacana
persuasi merupakan wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk
melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya. Wacana persuasif dapat ditemukan dalam bentuk wacana iklan, bahwa iklan
merupakan salah satu jenis penggunaan bahasa yang bertujuan mempengaruhi dan
menyerang calon konsumen agar menggunakan suatu layanan jasa atau produk yang
diiklankan. Oleh sebab itu, iklan sering disebut sebagai wacana persuasi-provokasi.
Contoh:
Apakah anda sedang sters sehingga susah bernafas? Ataukah anda mau keluar
dari keadaan sekarang. Kalau begitu, anda mau mengalami surga dunia? Ada satu
cara supaya anda dapat merasakan surga dunia. Caranya, cobalah minum kopi Nikmat. Kalau anda tidak suka minum kopi
atau minum kopi lain, itu berarti anda menghilangkan tiket ke arah surga dunia.
Mengapa? Nikmat adalah tiket ke surga
dunia karena melalui kopi ini ada perasaan istimewa untuk anda. Waktu minum kopi Nikmat, stres
anda dapat hilang. Dengan Rp 500,00 per saset untuk satu cangkir, anda dapat
membuktikannya. Tidak percaya? Coba saja! ( tulisan Lee Jeong Bin, BIPA 2005).
C. Struktur Wacana dalam Penulisan Ilmiah
Menurut (Anggraini, dkk, 2006 : 105-107) wacana mempunyai struktur yang ketat. Secara garis
besar struktur wacana terdiri dari tiga bagian :
1.
Pendahuluan atau pembuka
Menurut Anggraini, dkk (2006 : 105) bagian pendahuluan dapat menjadi bagian yang paling
sulit untuk dimulia. Maka tidaklah heran apabila bagian ini disempurnakan
kembali setelah bagian isi karangan selesai. Sebagai pendahuluan, paragraf ini
harus memikat pembaca agar tertarik untuk membaca, di samping daya tarik awal adalah judul wacana. Kita
asumsikan bahwa tidak semua pembaca memahami topik yang diuraikan. Karena
itu, kita perlu membari semacam pengantar untuk sampai ke pokok masalah atau
topik pembicaraan yang akan di bicarakan dalam paragraf isi .
Menurut Anggraini, dkk ( 2006 : 105 ) teknik-teknik membuka wacana diuraikan di bawah ini
a.
Memulai dengan anekdot (cerita menarik, aneh, lucu), pertanyaan, fakta,
statistik, kutipan, peribahasa, pengalama, lagu atau puisi yang terkait dengan
topik.
b.
Memberi ulasan (review) atas
beberapa temuan dari orang-orang terdahulu.
c.
Memulai dengan pernyataan yang umum atau akrab dengan pembaca.
d.
Menyatakan subtopik atau rencana penulisan.
Pada paragraf pendahuluan, penulis perlu mencamtukan
tujuan penulisan atau tesisnya. Karena fungsinya untuk memperkenalkan topik,
sebaiknya tidak meletakan tesis atau tujuan penulisan di awal paragraf
pendahuluan. Tesis yang baik tidak dinyatakan secara tiba-tiba. Sebuah tesis
dijabarkan dengan terlebih dahulu memberikan latar belakang informasi sebelum
akhirnya mempersempit fokus pembicaraaan wacana.
Contoh
Bahasa Indonesia bukanlah pelajaran yang bari di
jenjang perguruan tinggi.berbeda dengan ketika duduk di bangku sekolah,
pelajaran bahasa Indonesia menekankan banyak aspek, seperti ketrampilan
berbicara, menulis, mendengarkan, dan membaca. Di perguruan tinggi, bahasa
Indonesia yang diajarkan menekankan bagaimana mahasiswa mampu menulis karya
ilmiah. Mahasiswa dilatih untuk memahami teknis menulis ilmiah secara langsung mengenai
sasarannya, yaitu bidang studinya. Sayangnya, dalam praktik mengajar menulis
mengalami kesulitan. Bagaimana sebaiknya mengajarkan menulis karya ilmiah di
tingkat perguruan tinggi? ( dikutip dari Asih Anggraini, dkk : 2006 : 106 ).
2.
Paragraf Isi
Menurut Anggraini, dkk ( 2006 : 106
) paragraf isi biasanya terdiri atas satu atau beberapa
paragraf. Di bagian ini dikembangkan secara tuntas apa yang menjadi tujuan
penulisan atau tesis yang telah diungkapkan di dalam bagian pendahuluan. Pada
bagian ini, bila dalam karangan ilmiah, seperti makalah, dapat dibagi atas
subbab-subba. Setiap subbab dikembangkan dalam paragraf-paragraf.
Corbert dikutip
dari Widyamartaya dan Veronica Sudiati ( 1997 : 142-143 )
memberikan cara mengembangkan paragraf isi, yaitu:
a.
Mengutip data, fakta, statistik, bukti
b.
Meringkas, mengutip, mengatakan dengan kata-kata sendiri kesaksian orang
lain sehubungan dengan apa yang sedang dibicarakan
c.
Memberi anekdot
d.
Mendefinisikan istilah
e.
Membandingkan atau mempertentangkan yang sedang dibicarakan dengan hal lain
f.
Menganalisi atau mencari sebab musabab topik yang dibicarakan
g.
Menguraikan akibat atau konsekuensi dari topik yang dibicarakan.
Antarparagraf di
dalam bagian isi harus saling berkaitan. Cara yang digunakan untuk membuatnya
berkaitan adalah dengan (1) peralihan atau transisi berupa kata, frase, klausa,
kalimat, atau paragraf pendek. (2) repetisi kata kunci.
Contoh
Cara lainnya untuk memudahkan mengajar menulis adalah
dengan menyempatkan waktu mengoreksi semua tulisan mahasiswa dan meminta mereka untuk menulis ulang. Cara ini tergolong cukup
merepotkan untuk kelas dengan mahasiswa banyak, lebih dari 30 orang karena berarti dosen
harus menyediakan waktu untuk memeriksa semua tulisan. Setelah selesai
mengoreksi terus dikembalikan kepada mahasiswa. Demikian seterusnya
hingga tulisan betul-betul sempurna. ( dikutip dari Asih Anggarini, dkk : 2006
: 108 )
3.
Paragraf Penutup
Menurut
Anggraini, dkk (2006 : 106) bagian paragraph penutup merupakan
bagian yang mengakhiri karangan, terdiri atas satu hingga tiga paragraf. Fungsi
paragraf ini adalah (1) menandai wacana telah
selesai atau sudah berakhir (2) mengingatkan pembaca akan pentingnya masalah
dan tujuan wacana (3) memuaskan keingintahuan pembaca tentang
topik
Menurut
Anggraini, dkk ( 2006 : 107 ) ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menutup wacana:
a.
Meringkas hal-hal penting yang telah dibicarakan dalam tubuh
b.
Menyatakan kembali dengan kata-kata lain gagasan pokok seluruh wacana
c.
Menyajikan penafsiran dari bagian isi wacana
d.
Menambah komentar terhadap topik
e.
Memberi kutipan, proyeksi masalah di masa depan
f.
Memberi rekomendasi ( anjuran kepada pembaca )
g.
Menyatakan solusi
Contoh:
Dari uraian di atas diketahui mengajar di perguruan
tinggi lebih menekankan pada proses pemelajaran menulis dengan berorientasi ke
mahasiswa. Tentu saja masih ada cara lain yang lebih efektif untuk mengajar menulis
di tingkat perguruan tinggi. Apa pun cara itu, patutlah diingat bahwa mengajar bahasa Indonesia di perguruan tinggi tidak dengan
mengulang-ulang teori seperti ketika di bangku sekolah yang tentunya pasti akan
membosankan.
D.
Kriteria Wacana yang Baik
Bagaimanakah wacana
yang baik? Sebuah wacana dapat digolongkan pada wacana yang baik apabila wacana
tersebut memenuhi kriteria wacana yang baik (Anggaraini, dkk
: 2006 : 119-122). Dalam wacana tersebut harus mengandung
beberapa hal diantaranya:
1.
Topik dan tujuan
Menurut Anggaraini, dkk (2006 : 119) topik atau pokok
pembicaraan merupakan landasan untuk mencapai tujuan dalam pembicaraan. Di atas
pokok pembicaraan itulah kita menempatkan tujuan yang kita harapkan. Dengan
demikian, topik dan tujuan bertalian sangat erat dengan tanggapan yang
diharapkan dari pendengar atau pembaca.
2. Kepaduan
wacana
Menurut Anggaraini, dkk ( 2006 : 119 ) untuk membuat antarbagian ( kalimat, paragraf,
antarparagraf, antarbab) di dalam wacana menjadi saling berkaitan, kita perlu memahami
kohesi atau pertalian gramatikal dan koherensi atau pertalian semantik, dua
unsur yang berperan penting dalam wacana. Kumpulan kalimat yang acak, tidak mempunyai koherensi makna tidak dapat disebut wacana meskipun secara gramatikal kalimat itu kohesif. Wacana yang menarik dan enak dibaca adalah wacana yang kohesif dan koheren.
Wacana dikatakan kohesif bila mempunyai satu kesatuan ide atau pokok masalah
di dalam setiap paragrafnya. Kohesi juga menandai adanya pertautan makna pada
permukaan tulisan. Kohesi dapat diciptakan melalui pemakaian aspek gramatikal
atau tata bahasa dan leksikal atau kata.
Menurut Anggaraini, dkk ( 2006 : 120 ) ada empat aspek gramatikal yang berperan dalam
menciptakan wacana yang kohesif:
a. Konjungsi, yakni alat untuk
menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat; atau menghubungkan paragraf
dengan paragraph. Dengan penggunaan konjungsi ini, hubungan itu menjadi lebih
eksplisit, dan akan menjadi lebih jelas bila dibandingkan dengan hubungan yang
tanpa konjungsi.
Contoh:
Keadaan
ekonominya semakin baik sejak ayahnya meninggal. Akan tetapi, tabiatnya yang malas membuat hartanya semakin lama
semakin habis.
b. Penyulihan
atau penggantian ( substitusi )
Contoh : Pak Herman berangkat ke sekolah
sehabis salat subuh. Guru teladan itu menjalani provfesinya sudah belasan tahun.
c. Pelepasan
( elipsis )
Pelepasan ( elipsis ) yaitu penghilangan bagian kalimat
yang sama
yang terdapat kalimat yang lain.
Dengan ellipsis, karena tidak di ulangnya bagian yang sama, maka wacana itu
tampak menjadi lebih efektif, dan penghilangan itu sendiri menjadi alat
penghubung kalimat di dalam wacana itu.
Contoh : Aku dan
dia sama-sama mendaftar di fakultas
ekonomi. Berangkat ke kampus pun { } bersama-sama.
Menurut Anggaraini, dkk (2006 : 120-121) selain aspek gramatikal, aspek leksikal turut mendukung
kepaduan wacana.
a.
Menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat
yang terdapat dalam wacana.
Contoh : Kemarin dia bilang sayang kepadaku. Entah
mengapa sekarang tiba-tiba dia amat benci
kepadaku.
b.
Menggunakan hubungan
generik-spesifik; atau sebaliknya spesifik generik.
Contoh : UUD RI adalah UUD’45. Dalam pasal 33 Ayat 1
disebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
c.
Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian
kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana.
Contoh : Lahap benar makanannya. Seperti
orang yang sudah satu minggu tidak ketemu nasi.
d.
Menggunakan hubungan sebab-akibat di antara isi kedua bagian kalimat; atai isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana.
Contoh : Dia malas, dan sering kali bolos sekolah.
Wajarlah kalau tidak naik kelas.
e.
Menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana.
Contoh : Semua anaknya di sekolahkan. Agar
kelak tidak seperti dirinya.
f.
Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian
kalimat atau pada dua kalimat dalam satu
wacana.
Contoh : Becak sudah tidak ada lagi di Jakarta. Kendaraan roda tiga
itu sering di tuduh memacetkan lalu lintas.
3.
Kesatuan wacana
Menurut Anggaraini, dkk (2006 : 121) selain kepaduan, persyaratan penulian wacana
yang baik adalah perinsip kesatuan.
Yang dimaksud dengan perinsip kesatuan adalah tiap paragraf-paragraf sebagai
penyusun wacana memiliki keterekaitan yang dibahas. Katerkaitan tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan
menggunakan pola
pengembangan khusus ke umum. Dengan pengembangan cara ini kita mampu
menjelaskan sesuatu dengan secara umum terdahulu.
4.
Wacana harus mempunyai pembuka dan penutup
Menurut Anggaraini, dkk (2006 : 122) wacana
yang baik adalah wacana yang mempunyai pembuka dan penutup. Wacana ideal memang
demikian seharusnya. Bagian awal adalah bagian yang pembuka dan yang
menghantarkan pokok pikiran dalam wacana itu. Sering pengarang atau penutur
mulai dengan beberapa kalimat yang merangkum seluruh cerita. Sifat-sifat dari
kalimat ini harus menarik perhatian pembaca,serta dapat membawa arah atau jalan
pikiran pembaca kepada gagasan-gagasan yang akan diuraikan dalam wacana. Bagian
penutup yaitu kalimat-kalimat atau alinea yang dimaksud untuk mengakhiri
wacana. Alinea ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah
diuaraikan dalam bagian isi wacana.
5.
Kelengkapan paragraf
Menurut Anggaraini, dkk (2006 : 122) sebuah paragraf dikatakan lengkap
apabila di dalamnya terdapat paragaraf-paragaraf yang menjadi inti dari suatu
pembahasan yang diangkat dalam wacana tersebut secara lengkap untuk menunjuk
pokok pikiran . Ciri-ciri paragaraf penjelas yaitu berisi penjelasan berupa
rincian, keterangan, contoh, dan lain-lain. Selain itu, kalimat penjelas
berarti apabila dihubungkan dengan paragaraf-pargaraf di dalam wacana. Kemudian
paragaaf penjelas sering memerlukan bantuan kata penghubung, baik kata
penghubung antarkalimat maupun kata penghubung intrakalimat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Wacana adalah sebuah bentuk tindakan komunikasi
interaktif yang dapat dilakukan baik secara lisan atau tertulis yang teratur
menurut aturan-aturan yang semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan
kepaduan, dan wacana merupakan organisasi bahasa tertinggi yang lebih
besar dari atau di atas kalimat.
Jenis-jenis wacana ada tiga yaitu berdasarkan langsung atu tidaknya yang terdiri dari wacana langsung dan tidak langsung, berdasarkan bentuknya
yang berupa puisi, prosa, atau drama, dan berdasarkan cara dan tujuan
pemaparannya yang terdiri dari wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Wacana yang baik
harus mempunya struktur yang lengkap yang terdiri dari pendahuluan atau
pembuka, paragraf idi, dan paragraf penutup.
Wacana yang baik harus mengandung beberapa hal
diantaranya yaitu topik dan tujuan, kepaduan wacana, kesatuan wacana, wacana harus mempunyai pembuka dan penutup, dan
kelengkapan paragraf.
B. Saran
Kesantunan wacana dalam penulisan ilmiah sangat diperlukan dalam
terciptanya sebuah karangan atau karya ilmiah yang baik dan benar. Oleh karena
itu, calon penulis harus mengerti dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
penulisan ilmiah, seperti pengertian wacana, macam-macam wacana, struktur wacana dalam penulisan ilmiah, kriteria wacana yang baik, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan penulisan ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Anggarani, Asih, dkk . 2006. Keterampilan
Menulis Ilmiah di Perguruan tinggi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Arifin dan Rani. 2000. Dasar-dasar
Penulisan karangan Ilmiah. Jakarta : Grasindo.
Kridalaksana,
Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Kusno.
1986. Tata Bahasa Indonesia. Bandung: CV. Rosda.
Maharimin, Ismail. 2001. Menulis Secara Populer. Jakarta : Pustaka jaya.
Samsuri. 1985. Analisis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Widyamartaya, Al. dan Veronica Sudiati. 1997. Dasar-Dasar
Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : Grasindo.
Winarno, Yunita T., dkk. ( Ed ). 2004. Karya
Tulis Ilmiah Sosial. Jakarta : Yayasan Obor.
LAMPIRAN
A.
Soal Latihan
Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan tepat dan benar.
1. Wacana
yang baik akan menyajikan salah satu topik. Pengertian topik adalah….
a. tema
yang terdapat dalam wacana c. Pokok pembicaraan
b. sama
dengan judul d. Pokok permasalahan.
2. Tatanan
bahasa yang tertinggi adalah…
a. percakapan
c. wacana
b. tuturan
d. paragraf
3. Di
bawah ini terdapat ciri-ciri wacana yang baik kecuali….
a. harus
berupa cakapan c. Satuan bahasa
terlengkap
b. merupakan
kohesi dan koherensi d.
Mempunyai topik dan tujuan
4. ada berapa macam wacana berdasarkan tujuan dan cara pemaparannya ?
a. 3
c. 2
b. 4
d. 5
5. Wacana
yang baik adalah wacana yang mengandung kohesif dan koherensif. Koherensif
adalah…..
a. hubungan
yang padu
b. hubungan
di antara unsur-unsurnya sangat erat
c. hubungan
timbal balik antara kalimat, mudah dipahami tanpa kesulitan
d. kepaduan
hubungan antara unsur.
Isilah soal di bawah ini dengan benar.
1.sebutkan macam-macam wacana beserta pengertiannya !
B.
Jawaban
1. A
2. C
3. A
4. D
5. D
Jawaban
1.
a. Narasi yaitu cerita yang didasarkan pada urutan-urutan suatu kejadian
atau peristiiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi,
otobiografi, atau kisah pengalaman.
b. Deskripsi yaitu karangan
yang menggambarkan suatu obyek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan penalaman
penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai
pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang
melihat, merasakan, dan mengalami objek tersebut.
c. Eksposisi
yaitu karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci sesuatu
dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada
pembacanya.
d. Argumentasi
yaitu karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal
yang disertai alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan
karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat
pengarang.
e. Persuasi
yaitu karangan yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan
perbuatan sesuai yang diharapkan penuturanya. Untuk mempengaruhi pembacanya,
biasanya digunakan segala daya dan upaya yang membuat mitra tutur terpengaruh.

Casinos near Hollywood, CA | JTM Hub
BalasHapusSearching for Casinos near Hollywood, 남원 출장샵 CA is as 밀양 출장안마 convenient 동두천 출장마사지 as opening hours. It's one of the best times to get on 상주 출장샵 the 창원 출장샵 road. With over 850 slot machines