Kamis, 17 November 2016

Makalah Kesantunan Kalimat dalam Penulisan Ilmiah

KESANTUNAN KALIMAT
DALAM PENULISAN ILMIAH



MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
Bahasa Indonesia Semester Tiga
yang Diampu oleh Drs. H. M. Nur Fawzan Ahmad, M. A.


Oleh Kelompok 4 :
1.                   JA’FAR SHODIQ                  ( 24010113140096 )
2.                   FITRIYANI                           ( 24010113120025 )


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014



KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat serta hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kesantunan Kalimat dalam Penulisan Ilmiah”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia. Penyusun di dalam penyusunan makalah ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
  1. Bapak Drs.H.M. Fawzan Ahmad, M.A selaku dosen pengampu pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
  2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia.
  3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
  4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan makalah “Kesantunan Kalimat dalam Penulisan Ilmiah”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penyusun merasa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semarang, 07 Oktober 2014

Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………...…………………………………………........... iii
BAB I      PENDAHULUAN………………………………………….......1
A.    Latar Belakang……………………………………………...1
B.     Rumusan Masalah…………………………………………..2
C.     Tujuan……………………………………………………….2
BAB II    PEMBAHASAN………………………………………………..3
A.    Kesantunan Kalimat dalam Penulisan Ilmiah ……………..3
B.     Pengertian Kalimat yang Baik dan Efektif …………........15
C.     Ciri-ciri Kalimat yang Baik dan Efektif ………………….16
D.    Ketentuan Penulisan Kalimat Efektif dalam Penulisan Ilmiah………………………………………………………19
BAB IV   PENUTUP …………………………………………………….23
A.    Kesimpulan ……………………………………………….23
B.     Saran ……………………………………………………...23
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………24
LAMPIRAN SOAL ……………………………………………………...25
LAMPIRAN KUNCI JAWABAN ………………………………………27







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Seorang mahasiswa dalam proses perkuliahannya pasti memiliki tugas-tugas dari para dosen. salah satunya adalah tugas membuat karya ilmiah, laporan, makalah, ataupun tugas akhir dan skripsi yang akan dikerjakan oleh mahasiswa tersebut.  Banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam proses penulisan karya tersebut. Khususnya dalam penulisan kalimat yang baik serta efektif sehingga dapat menghasilkan sebuah karya yang baik dan dapat diterima serta dipahami oleh para pembaca. Oleh karena itu, seorang mahasiswa harus mengerti serta memahami arti dari kalimat dan segala lingkup yang berhubungan dengan kalimat.
Kesantunan kalimat yang baik dan efektif perlu diperhatikan dan diterapkan dalam penulisan ilmiah agar menghasilkan sebuah karangan ilmiah yang baik dan benar sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami dan menangkap maksud atau isi dari karangan tersebut. Bila hal ini tercapai diharapkan pembaca akan tertarik kepada apa yang dibicarakan dalam karangan ilmiah tersebut dan pembaca akan tergerak hatinya dengan  apa yang disampaikan oleh penulis dalam karangan tersebut. Kesantunan kalimat yang baik dan efektif tersebut menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi terciptanya sebuah karangan atau karya ilmiah yang baik. Dari  latar belakang di atas maka kami meng
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, diperoleh beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut :
1.      Bagaimana kesantunan kalimat dalam penulisan ilmiah ?
2.      Apa pengertian kalimat yang baik dan efektif ?
3.      Bagaimana ciri-ciri kalimat yang baik dan efektif ?
4.      Bagaimana ketentuan penulisan kalimat efektif dalam penulisan ilmiah?
C.     Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1.      Untuk menjelaskan kesantunan kalimat dalam penulisan ilmiah.
2.      Untuk menjelaskan pengertian kalimat yang baik dan efektif.
3.      Untuk menjelaskan ciri-ciri kalimat yang baik dan efektif.
4.      Untuk menjelaskan ketentuan penulisan kalimat efektif dalam penulisan ilmiah.





















BAB II
KESANTUNAN KALIMAT DALAM PENULISAN ILMIAH

A.    Kesantunan Kalimat dalam Penulisan Ilmiah
 Istilah kesantunan berarti kesopanan, tata cara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam pergaulan sehari-hari. Kesantunan juga memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun dalam pergaulan sehari-hari.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek, predikat, obyek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memiliki unsure sebyek dan predikat.
Kesantunan kalimat adalah tata cara atau aturan perilaku yang mengatur unsur-unsur suatu kalimat dalam pembentukan paragraf yang baik agar pembaca dapat lebih mudah menangkap isi dari paragraf tersebut. Penulisan kalimat yang digunakan dalm karangan ilmiah harus berupa ragam tulis baku yang berupa kalimat efektif, yaitu kalimat yang memenuhi criteria jelas, sesuai kaidah, dan enak dibaca. Kesantunan kalimat yang baik dan efektif perlu diperhatikan dan diterapkan agar menghasilkan sebuah karangan ilmiah yang baik dan benar sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami dan menangkap maksud atau isi dari karangan tersebut, karena kalimat yang baik dan efektif dapat mengomunikasikan pikiran atau perasaan penulis kepada pembaca secara tepat sehingga penulis dan pembaca tidak akan menghadapi keraguan salah  komunikasi, salah informasi, atau salah pengertian. Karangan ilmiah, laporan, jurnal, atau jenis komunikasi lain, seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik, benar, dan efektif, agar memungkinkan karangan tersebut diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.  Oleh karena itu, agar mendapatkan kalimat yang efektif, calon penulis perlu memperhatikan unsur –unsur kalimat, syarat kalimat, pola dasar kalimat, dan jenis-jenis kalimat, yaitu sebagai berikut :
1.      Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah hal-hal yang membangun terbentuknya suatu kalimat yang meliputi :
a.       Subjek (S)
Subjek merupakan unsur inti pada kalimat, biasanya berupa kata benda atau kata lain yang dibendakan.
Contoh : Ardi bermain bola.
b.      Predikat (P)
Predikat merupakan unsur inti pada kalimat yang berfungsi menerangkan subjek, biasanya berupa kata kerja atau kata sifat.
Contoh : Ayah bekerja di BUMN.
c.       Objek (O)
Objek merupakan keterangan predikat yang erat hubungannya dengan predikat, biasanya terletak di belakang predikat.
Contoh :   Pak Ali membajak sawah. ( makna objek penderita )
                 Ibu membelikan adik buku baru. (makna objek penyerta)
d.      Pelengkap (Pel)
Pelengkap yaitu bagian kalimat yang melengkapi predikat,, umumnya terletak dibelakang predikat dan berupa verba.
Contoh :   Beliau menjadi rektor.
                 Dia membawakan saya oleh-oleh.
e.       Keterangan (Ket)
Keterangan yaitu bagian kalimat yang menerangkan predikat dan klausa dalam sebuah kalimat.
Keterangan terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1)      Keterangan Tempat
Contoh : NOAH akan mengadakan konser di Malaysia.
2)      Keterangan Waktu
Contoh : Sinta tiba di Jakarta pukul 12.00 WIB.
3)        Keterangan Alat
Contoh : Ayah memetik buah menggunakan tongkatnya.
4)        Keterangan Tujuan
Contoh : Kita harus rajin berolahraga agar sehat.
5)        Keterangan Cara
Contoh : Mereka memperhatikan pelajaran dengan seksama.
6)        Keterangan Penyerta
Contoh : Abi pergi bersama Lita.
7)        Keterangan Sebab
Contoh : Dia sangat sukses karena giat bekerja.
2.      Syarat Kalimat, meliputi :
a.       Secara Bentuk
1)        Mempunyai gabungan kata secara teratur : S + P + O + K, atau anak kalimat + induk kalimat, atau sebaliknya.
2)        Kalimat harus selesai
Kalimat harus selesai artinya kalimat harus diakhiri dengan titik, tanda seru, tanda tanya, bukan koma. Bila terdapat dua subjek atau dua predikat, atau lebih dari satu objek, maka kalimat itu disebut kalimat berantakan atau kalimat kacau.
3)        Dapat terdiri dari kalimat tunggal
Artinya subjek atau predikat atau objeknya hanya satu. Jika terdiri dari kalimat majemuk, maka terdiri dari satu induk kalimat dan satu anak kalimat.
b.      Secara isi
Kalimat harus mengandung satu ide atau satu gagasan agar dapat merangsang minat baca, kalimat harus persuasif, tegas, meyakinkan, tidak ragu-ragu, dan harus komunikatif.
3.      Pola Dasar Kalimat
Kalimat dasar adalah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mengalami perubahan yang berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe, yaitu :
a.       Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Contoh :
Mereka / sedang bekerja.
    S                    P (kata kerja)
Pamannya / pemain bola.
     S                 P (kata benda)
Gambar itu / bagus.
     S                P (kata sifat)
b.      Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
Contoh :
Mereka / sedang menyusun / strategi penyerangan.
      S                   P                             O
c.       Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Contoh :
Budi / beternak / ayam.
  S            P          Pel.
d.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
Contoh :
Dia / mengirimi / saya / surat.
 S           P             O       Pel.
e.       Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh :
Mereka / berasal / dari Surabaya.
    S            P                   K
f.       Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh :
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
    S              P                  O                   K
g.      Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh :
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
    S           P          Pel.              K
h.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh :
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
  S           P              O         Pel.           K
4.      Jenis-jenis Kalimat
a.       Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikal) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
i.      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal yaitu kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Kalimat tunggal terdiri dari dua jenis, yaitu:
1)      Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.
Contoh : Adik perempuan saya ada dua orang.
2)      Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
Contoh : Saya sedang mandi.
ii.    Kalimat Majemuk
Kalimat mejemuk yaitu kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan.
Kalimat majemuk dapat dibedakan atas tiga jenis:
1)      Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara yaitu kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk setara dibagi menjadi empat macam, yaitu :
a)      Kalimat majemuk setara penggabungan adalah jenis kalimat yang dapat diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” atau “serta”.
Contoh : Aku menulis surat itu dan dia yang mengirimnya ke kantor pos.
b)      Kalimat majemuk setara pertentangan adalah jenis kalimat majemuk yang dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”.
Contoh : Anak itu rajin datang ke sekolah tetapi nilainya selalu merah.
c)      Kalimat majemuk setara pemilihan adalah jenis kalimat majemuk yang di dalam kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”.
Contoh : Dia bingung memilih antara buah apel atau buah anggur.
d)     Kalimat majemuk setara penguatan adaalah jenis kalimat yang mengalami penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”.
Contoh : Dia tidak hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi.
2)      Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda.
3)      Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh :
Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
Rina membaca buku di kamar. (kalimat tunggal 2)
Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat di atas adalah :
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya.
b.      Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1)      Kalimat Perintah
Kalimat perintah yaitu kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan tanda seru (!).
Beberapa bentuk kalimat perintah :
a)      Kalimat Perintah Biasa
Kalimat perintah biasa ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu!
b)      Kalimat Perintah Larangan
Kalimat perintah larangan ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh : Jangan membuang sampah sembarangan!
c)      Kalimat Perintah Ajakan
Kalimat perintah ajakan ditandai dengan penggunaan kata mohon, tolong,harap, atau silakan.
Contoh : Marilah kita bersama-sama melestarikan kebudayaan Indonesia!
2)      Kalimat Berita
Kalimat berita yaitu kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.). Beberapa bentuk kalimat berita meliputi :
a)      Kalimat Berita Kepastian
Kalimat ini ditandai dengan penggnaan kata ya, betul, sungguh, nyata, sudah tentu, dan sebagainya.
Contoh : Memang betul, ia yang bersalah.
b)      Kalimat Berita Pengingkaran
Kalimat berita pengingkaran ditandai dengan penggunaan kata tugas yaitu tidak, sungguh tidak, bukan, sedikitpun tidak, dan sebagainya.
Contoh : Saya tidak akan menghadiri rapat hari ini.
c)      Kalimat Berita Kesangsian
Kalimat ini menyatakan berita yang belum pasti atau tidak pasti dan menunjukkan tanggapan kemungkinan yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Biasanya ditandai dengan kata tugas yaitu agaknya, rupanya, rasanya, barangkali, mungkin, dan sebagainya.
Contoh : Guru itu kemungkinan tidak memiliki kinerja
3)      Kalimat Tanya
Kalimat Tanya yaitu kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata tanya yang sering digunakan untuk membuat kalimat tanya ini adalah bagaimana, di mana, ke mana, kapan, berapa, siapa, mengapa.
Contoh:
Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
Di mana peristiwa itu terjadi?, dan lain-lain.
4)      Kalimat Seruan
Kalimat seruan yaitu kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, dalam penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
Contoh :
Wah, indah sekali pemandangan itu!
c.       Berdasarkan Unsur Kalimat
1)      Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap yaitu kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah predikat.
Contoh : Kami membersihkan kelas bersama-sama.
2)      Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap yaitu kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh :
Selamat siang!
Tegakkan disiplin.
Tutup pintu itu!
Kenapa diam?
d.      Berdasarkan Subjeknya
1)      Kalimat Aktif
Kalimat aktif yaitu kalimat yang unsur subjeknya melakukan suatu tindakan (pekerjaan). Predikat berupa kata kerja yang berawalan “me-“ dan “ber-“, selain itu juga dapat berupa kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan “me-“ seperti: mandi, pergi, dan lain-lain (kecuali makan & minum). Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu:
a)      Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita. Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat diubah kedalam bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh : Kami membuat kue. (kalimat aktif)
Dapat diubah menjadi : Kue dibuat oleh kami. (kalimat pasif)
b)      Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitive yaitu kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita. Predikat biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif.
Contoh : Kami berjaga diluar rumah.
c)      Kalimat Semi Transitif
Kalimat semi transitif yaitu jenis kalimat yang tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek.
Contoh : Dia menjadi ketua kelas.
Keterangan:
Dia = Subjek
menjadi = Predikat
ketua kelas = Pelengkap
2)      Kalimat Pasif
Kalimat pasif yaitu kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan. Predikatnya berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:
a)        Kalimat pasif biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.
Contoh : Barang itu dijual paman.
b)        Kalimat pasif zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Predikatnya berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“)
Contoh : Saya berikan bukuku.
                 Kesantunan kalimat juga perlu diperhatikan dan diterapkan dalam setiap penulisan karangan ilmiah, laporan, jurnal, atau jenis komunikasi lain agar tidak terjadi kesalahan kalimat yang dapat berakibat fatal, salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya. Kesalahan kalimat tersebut dapat berupa :
1.      Kesalahan Struktur, meliputi :
a.       Kalimat aktif tanpa subjek
Contoh : Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika hukum ditegakkan.
Seharusnya : Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika hukum ditegakkan.
b.      Penempatan kata depan di depan subjek sehingga subjek berubah fungsi menjadi keterangan
Contoh : Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di ASEAN.
Seharusnya :
1)        Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di ASEAN.
2)        Di Jakarta terdapat pusat perdagangan terbesar di ASEAN.
c.       Tanpa unsur predikat, menempatkan kata yang di depan predikat sehingga berubah fungsi menjadi perluasan objek
Contoh : Petani yang bekerja di sawah.
Seharusnya : Petani bekerja di sawah.
d.      Penempatan kata penghubung intra kalimat pada awal kalimat
Contoh : Karena ia pandai maka ia mendapat beasiswa.
Seharusnya : Ia mendapat beasiswa karena ia pandai.
e.       Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan kalimat
Contoh : Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras.
Seharusnya : Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras.
2.      Kesalahan Diksi
a.       Diksi kalimat salah jika :
1)      Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa, misalnya agar supaya, adalah merupakan, baik untuk, naik ke atas, dan lain-lain,
Contoh : Dia rajin berolahraga agar supaya selalu sehat.
Seharusnya : Dia rajin berolahraga agar selalu sehat.
2)      Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu, misalnya dimana, yang mana, bagaimana, dan lain-lain,
Contoh : Kampung di mana kami bertempat tinggal, kini sudah menjadi kota.
Seharusnya : Kampung tempat kami bertempat tinggal, kini sudah menjadi kota.
3)        Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan, misalnya tidak hanya-tetapi, bukan hanya-tetapi juga, dan lain-lain,
Contoh : Ia tidak hanya pandai melainkan juga rajin.
Seharusnya : Ia tidak hanya pandai tetapi juga rajin.
4)        Menggunakan kata pasangan yang tidak idiomatik yang tidak bersesuaian, misalnya sesuai bagi seharusnya sesuai dengan, membicarakan tentang seharusnya berbicara tentang, dan lain-lain,
Contoh : Pekerjaan itu sesuai bagi minat orang tersebut.
Seharusnya : Pekerjaan itu sesuai dengan minat orang tersebut.
b.      Diksi kalimat kurang baik atau kurang santun
1)        Menonjolkan aku-nya dalam suasana formal, misalnya aku dan saya,
2)        Pilihan kata mengekspresikan data secara subyektif, misalnya menurut pendapat saya…, pengalaman membuktikan….,dan lain-lain,
3)        Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya,
4)        Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi,
5)        Penolakan dan pembuktian tanpa makna kata yang pasti.
3.      Kesalahan Ejaan, meliputi :
a.       Penggunakan huruf kapital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal,
b.      Pemenggalan kata,
c.       Penulisan kata baku,
d.      Penulisan unsur serapan,
e.       Penulisan kata asing tidak dicetak miring,
f.       Penggunaan tanda baca,
g.      Penulisan keterangan tambahan,
h.      Penulisan judul, daftar pustaka, catatan kaki, dan sebagainya.
Oleh karena itu, kesantunan kalimat yang baik dan efektif harus diperhatikan dan diterapkan dalam penulisan ilmiah, agar menghasilkan sebuah karangan ilmiah yang baik dan benar dan menghindari kesalahan-kesalahan kalimat yang berakibat fatal dalam penyampaian informasi kepada pembaca.
B.     Pengertian Kalimat yang Baik dan Efektif
Kalimat yang baik dan efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat dikatakan singkat karena hanya menggunakan unsur yang diperlukan saja. Sifat padat berarti kalimat tersebut mengandung makna sarat yang terkandung didalamnya. Sifat jelas ditandai dengan kejelasan struktur kalimat dan makna kalimat yang terkandung didalamnya. Sedangkan sifat lengkap mengandung kelengkapan struktur kalimat secara gramatikal yaitu penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang bersangkutan, dan juga kelengkapan konsep atau gagasan yang terkandung di dalam kalimat tersebut.
Penggunaan kalimat yang baik dan efektif dalam karya tulis ilmiah diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi penulis dan pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan dapat mengakomodasi gagasan keilmuan penulis secara tepat dan akurat. Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulisnya.
Kalimat yang digunakan dalam karya ilmiah haruslah efektif dan efisien dan mengikuti kaidah-kaidah penyusunan kalimat. Sebuah kalimat yang baik dan efektif harus memiliki kemampuan untuk memunculkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat yang baik dan efektif harus disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca. Kelengkapan unsur sebuah kalimat juga sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebab itu sebuah kalimat minimal harus memiliki subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini juga harus ditulis sesuai dengan aturan-aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat harus dipiih dengan tepat, sehingga kalimat memiliki makna yang jelas.
Kalimat yang baik dan efektif harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu tidak menyimpang dari kaidah bahasa, logis atau dapat diterima nalar, jelas dan dapat menyampaikan maksud atau pesan dengan tepat. Kalimat yang baik dan efektif juga harus mengandung pengertian yang jelas, tidak membingungkan serta tidak menimbulkan penafsiran ganda atau ambigu.
C.     Ciri-ciri Kalimat yang Baik dan Efektif
Terdapat beberapa ciri-ciri kalimat yang baik dan efektif, yaitu sebagai berikut :
1.      Gramatikal
Syarat pertama kalimat efektif adalah kegramatikalan atau kebenaran kalimat. Suatu kalimat dikatakan gramatikal atau benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang bersangkutan. Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam kalimat tersebut.. Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi. Kalimat dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya.
Contoh : Surat itu saya telah tanda tangani.
Seharusnya : Surat itu telah saya tanda tangani.
2.      Kesepadanan
Yaitu keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan dapat dibentuk jika terdapat keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek, predikat-keterangan.
a.       Memiliki subjek yang jelas
Contoh : Menurut presiden mengatakan bahwa subsidi pendidikan akan diprioritaskan.
Seharusnya : Presiden mengatakan bahwa subsidi pendidikan harus diprioritaskan.
b.      Memiliki predikat yang jelas
Contoh : Rumah kkami yang terletak di kota Malang.
Seharusnya : Rumah kami terletak di kota Malang.
c.       Kata penghubung Intrakalimat tidak boleh digunakan dalam awal kalimat tunggal
Contoh : kemarin dia mengalami kecelakaan. Karena kurang hati-hati.
Seharusnya : Kemarin dia mengalami kecelakaan, karena kurang hati-hati.
3.      Kepararelan
Yaitu kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat tersebut.
Contoh : Harga minyak dibekukan atau kenaikan oleh pemerintah.
Seharusnya : Harga minyak dibekukan atau dinaikkan oleh pemerintah.
4.      Efisien atau Kehematan
Yaitu kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat itu hanya menggunakan kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh : Para tamu-tamu yang hadir di acara tersebut.
Seharusnya : Para tamu yang hadir di acara tersebut.
5.      Jelas atau Kecermatan
Yaitu kalimat tidak menimbulkan panafsiran ganda (ambigius) dan tepat dalam pilihan katanya. Kalimat yang ambigius dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh : Mahasiswa perguruan tinggi itu sekarang terkenal.
Seharusnya : Mahasiswa itu sekarang terkenal.
Pada contoh, kalimat tersebut memiliki makna ganda yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi.
6.      Kepaduan
Yaitu maksud atau informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah (sistematis).
Contoh : Surat itu saya sudah baca.
Seharusnya : Surat itu sudah saya baca.
7.      Kelogisan
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proporsi) kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan dala kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antargagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.
Contoh : Waktu dan tempat kami persilakan.
Seharusnya : Bapak rektor kami persilakan.
Kalimat pada contoh salah karena waktu dan tempat bukan merupakan subjek.
D.    Ketentuan Penulisan Kalimat Efektif dalam Penulisan Ilmiah
Ketentuan menulis kalimat efektif dalam penulisan karya ilmiah menurut Anggraini (2006:1) meliputi :
1.      Subjek Tidak Didahului Kata Depan
Kata depan yang terletak sebelum subjek dapat menghilangkan kejelasan gagasan kalimat. Kata depan yang tidak boleh mengawali subjek adalah di, dan, untuk, dalam, kepada, daripada, sebagai, dan mengenai.
Contoh :
Pada penelitian ini menggunakan sampel perusahaan jasa travel di wilayah Jabotabek.
Seharusnya :
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan jasa travel di wilayah Jabotabek.
2.      Subjek pada Induk Kalimat Tidak Boleh Dihilangkan
Subjek dalam kalimat mempunyai peranan yang sangat penting sebab adanya subjek dalam kalimat akan mempermudah pembaca mengetahui sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan tersebut.
Contoh :
Jika tidak segera diatasi sangat mungkin mengakibatkan kerugian Negara semakin besar dan akhirnya merusak system perekonomian negara.
Seharusnya :
Jika korupsi tidak segera diatasi sangat mungkin mengakibatkan kerugian Negara semakin besar dan akhirnya merusak system perekonomian negara.
3.      Kata sedangkan dan sehingga Tidak Digunakan untuk Mengawali Kalimat Tunggal
Menurut kaidah yang berlaku, kata sedangkan dan sehingga tidak dibenarkan mengawali kalimat tunggal karena kata tersebut selalu dipakai dalam kalimat majemuk.
Contoh :
Proses isolasi virus memerlukan waktu lama dan rumit. Sehingga metode Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan pilihan yang tepat.
Seharusnya :
Proses isolasi virus memerlukan waktu lama dan rumit sehingga metode Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan pilihan yang tepat.
4.      Predikat Kalimat Tidak Didahului kata yang
Penulisan kata yang dalam kalimat memang diperbolehkan, tetapi bukan didepan predikat kalimat karena kata yang yang terletak di depan predikat berfungsi untuk menerangkan suatu benda dan mengakibatkan kalimat tersebut tidak mempunya predikat.
Contoh :
Ketergantungan perbankan terhadap kredit konsumsi yang semakin tinggi.
Seharusnya :
Ketergantungan perbankan terhadap kredit konsumsi semakin tinggi.
5.      Urutan Kata yang Tepat
Bentuk persona yang terdapat pada kalimat pasif sering terlihat salah urutan dalam penggunaan keterangan, pelaku, dan perbuatan.
Contoh :
Produksi padi yang sangat mengejutkan itu mereka segera akan lapor kepada atas mereka.
Seharusnya :
Produksi padi yang sangat mengejutkan itu akan segera mereka lapor kepada atasan  mereka.
6.      Penulisan Subjek dan Predikat Tidak Boleh Disisipi Tanda Baca Koma
Sebuah kalimat yang baik dan benar, tanda baca koma (,) tidak boleh diletakkan antara subjek dan predikat.
Contoh :
Harga pokok penjualan, merupakan monsep yang telah digunakan secara luas dalam menentukan net come.
Seharusnya :
Harga pokok penjualan merupakan monsep yang telah digunakan secara luas dalam menentukan net come.
7.      Penulisan Keterangan Tambahan dalam Kalimat
Penullisan keterangan tambahan terkadang diperlukan dalam sebuah kalimat yang berfungsi untuk memperjelas subjek atau predikat. Selain itu, keterangan tambahan biasanya juga dimaksudkan untuk mengingatkan kembali kepada pembaca tentang hal atau peristiwa yang berkaitan dengan subjek atau predikat kalimat.
Contoh :
Tragedi Trisakti, terjadi tanggal 12 Mei 1998, merupakan tonggak dimulainya reformasi di Indonesia.
Pada kalimat tersebut, kata Tragedi Trisakti dipertegas (diberi keterangan tambahan) terjadi tanggal 12 Mei 1998 untuk mengingatkan pembaca bahwa Tragedi Trisakti terjadi tanggal 12 Mei 1998.
Penulisan keterangan tambahan dapat ditulis dengan tiga cara, yaitu :
a.       Menggnakan dua tanda baca koma (,) untuk mengapit keterangan tambahan tersebut.
Pola: ………………, keterangan tambahan, …………….
b.      Menggnakan dua tanda kurung untuk mengapit keterangan tambahan tersebut.
Pola: ………………(keterangan tambahan,) …………….
c.       Menggnakan dua tanda baca pisah atau dash  untuk mengapit keterangan tambahan tersebut.
Pola: ………………-keterangan tambahan- …………….
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesantunan kalimat adalah tata cara atau aturan perilaku yang mengatur unsur-unsur suatu kalimat dalam pembentukan paragraf yang baik agar pembaca dapat lebih mudah menangkap isi dari paragraf tersebut. Kesantunan kalimat yang baik dan efektif perlu diperhatikan dan diterapkan dalam penulisan ilmiah, agar menghasilkan sebuah karangan ilmiah yang baik dan benar dan menghindari kesalahan-kesalahan kalimat yang berakibat fatal dalam penyampaian informasi kepada pembaca.
Kalimat yang baik dan efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Sebuah kalimat yang baik dan efektif harus memiliki kemampuan untuk memunculkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis. Ciri-ciri Kalimat yang Baik dan Efektif meliputi gramatikal, kesepadanan, kepararelan, efisien atau kehematan, jelas atau kecermatan, kepaduan, dan kelogisan. Ketentuan penulisan kalimat efektif dalam penulisan ilmiah meliputi subjek tidak didahului kata depan, subjek pada induk kalimat tidak boleh dihilangkan, predikat kalimat tidak didahului kata yang, urutan kata yang tepat, dan lain-lain.
B.     Saran
Kesantunan kalimat dalam penulisan ilmiah sangat diperlukan dalam terciptanya sebuah karangan atau karya ilmiah yang baik dan benar. Oleh karena itu, calon penulis harus mengerti dan memahami  hal-hal berhubungan dengan penulisan ilmiah, seperti pengertian kesantunan kalimat, pengertian dan ciri-ciri kalimat yang baik, benar, dan efektif, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan penulisan ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Anggarani, Asih dkk. 2006. Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Arifin, E Zainal. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Akademika Pressindo.

Suryana , ase dkk. (ed.).2007. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya   Ilmiah. Bandung : bagian perkuliahan dasar umum, universitas  widyatama.

Wibapriyadi, Widi. “Kalimat Efektif”. Http://widiapriyadi.blogspot.com/2012/11/kalimat-efektif-pengertian-ciri-dan.html, (diakses 02 Oktober 2013)

Wibapriyadi, Widi. Pola Dasar Kalimat”. http://sukmarahayu.blogspot.com/2012/12/pola-dasar-kalimat.html, (diakses 02 Oktober 2013)

















LAMPIRAN SOAL

I.         Pilihlah jawaban yang paling tepat !
1.         Dengan perubahan zaman telah menuntut  para pendidik untuk mencari metode-metode mengajar yang baru.
Kalimat di atas dapat dijadikan kalimat efektif, yaitu dengan ......
a.       mengubah menuntut menjadi dituntut
b.      meletakkan para pendidik pada awal kalimat
c.       menghilangkan kata dengan
d.      menghilangkan kata telah
e.       meletakkan dengan perubahan zaman pada akhir kalimat
2.      Kalimat berikut yang merupakan contoh dari ciri kehematan kalimat efektif adalah….
a.       Semua masalah-masalah itu harus segera diselesaikan.
b.      Para tamu-tamu dipersilakan duduk kembali.
c.       Daftar nama-nama mahasiswa yang mengikuti olimpiade.
d.      Dia menyukai bunga-bunga mawar, melati, dan teratai.
e.       Segerombolan pemuda-pemuda ikut memeriahkan hari sumpah pemuda.
3.      Kalimat berikut yang strukturnya benar adalah…..
a.       Meningkatkan kualitas pendidikan melalui penyusunan standar kompetensi nasional berdasarkan bidang-bidang keahlian.
b.      Membentuk jaringan komunikasi antar guru sebagai wahana untuk meningkatkan proses pembelajaran.
c.       Peningkatan mutu kualitas guru dengan melaksanakan pendidikan dan pelatihan merupakan langkah penting untuk perbaikan mutu pendidikan.
d.      Melalui peran serta masyarakat menjadikan ciri konsep pendidikan pada era otonomi.
e.       Dengan mengembalikan pendidikan kepada masyarakat mengharapkan akan memberi peluang kepada lembaga tersebut semakin ditingkatkan perannya.
4.         Berikut adalah contoh kalimat aktif yang dapat diubah menjadi kalimat pasif, yaitu…..
a.         Bu Suci mengajarkan Matematika.
b.        Pak Nandar berjalan-jalan setiap pagi.
c.         Adik menangis karena terjatuh dari kursi.
d.        Nia sedang mandi di kamar mandi.
e.         Kami berjaga diluar rumah.
5.         Berikut ini yang merupakan kalimat contoh dari Kalimat majemuk   setara penguatan adalah ….
a.       Aku menulis surat itu dan dia yang mengirimnya ke kantor pos.
b.      Anak itu rajin datang ke sekolah tetapi nilainya selalu merah.
c.       Dia bingung memilih antara buah apel atau buah anggur.
d.      Dia tidak hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi.
e.       Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya.
II.           Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat !
1.      Segerombolan pemuda-pemuda sangat bersemangat sekali untuk memperingati hari Sumpah Pemuda hari ini.
Ubahlah kalimat tersebut menjadi kalimat yang baik serta efektif !







LAMPIRAN KUNCI JAWABAN

I.              Pilihan Ganda
1.      c
2.      c
3.      c
4.      a
5.      d
II.           Essay
1.      Segerombolan pemuda sangat bersemangat dalam memperingati hari Sumpah Pemuda hari ini.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar