KESANTUNAN EJAAN DALAM TULISAN ILMIAH
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok
pada
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Tiga
yang Diampu oleh
Drs. H. M. Nur Fawzan Ahmad, M. A.
oleh:
1. Rahma Deni Widia Putri (24010113120002)
2. Nok Muntoyimah (24010113120030)
3. Meilia Anggi Saputri (24010113120032)
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN
MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Kesantunan Ejaan dalam Tulisan Ilmiah”. Penyusunan makalah ini merupakan
salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia di Universitas
Diponegoro.
Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :
- Bapak
Drs.H.M. Fawzan Ahmad, M.A selaku dosen pengampu pada mata kuliah Bahasa
Indonesia.
- Rekan-rekan
semua yang mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia.
- Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
- Semua pihak yang ikut membantu penyusunan
makalah “Kesantunan Ejaan dalam Tulisan Ilmiah”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam
penyusunan makalah ini baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semarang, 5 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
......................................................................................... ii
DAFTAR ISI
........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan
.................................................................................................. 2
BAB
II KESANTUNAN EJAAN DALAM TULISAN ILMIAH
A. Ejaan
.................................................................................................... 3
1.
Pengertian Ejaan
............................................................................. 3
2.
Sejarah Ejaan .................................................................................. 3
3.
Fungsi Ejaan ................................................................................... 4
4.
Ruang Lingkup Ejaan ..................................................................... 4
B. Penulisan
Huruf .................................................................................... 4
1. Huruf
Abjad .................................................................................... 4
2. Huruf
Vokal .................................................................................... 5
3. Huruf
Konsonan ............................................................................. 6
4. Huruf
Kapital .................................................................................. 7
5. Huruf
Miring .................................................................................. 11
6. Huruf
Tebal .................................................................................... 12
C. Pemakaian
Tanda Baca ........................................................................ 13
1. Dasar
Tanda Baca .......................................................................... 13
2. Macam-Macam
Tanda Baca ........................................................... 13
D. Penulisan
Kata ..................................................................................... 26
1. Kata
Dasar ..................................................................................... 26
2. Kata
Turunan ................................................................................. 26
3. Bentuk
Ulang ................................................................................. 28
4. Gabungan
Kata .............................................................................. 29
5. Suku
Kata ...................................................................................... 29
6.
Kata
Depan di, ke, dan dari ........................................................... 32
7. Partikel
.......................................................................................... 32
8. Singkatan
dan Akronim ................................................................. 33
9. Angka
dan Bilangan ...................................................................... 35
10. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
....................................... 39
11. Kata si dan sang
............................................................................. 39
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
.......................................................................................... 40
B. Saran
.................................................................................................... 40
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................... 41
SOAL .................................................................................................................... 42
KUNCI JAWABAN ............................................................................................. 43
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi
saat ini semakin pesat, begitu juga arus globalisasi di Indonesia. Akibatnya,
dampak dari globalisasi yang masuk ke Indonesia memberi banyak informasi
yang tidak selalu sesuai dengan budaya
dan bahasa bangsa kita. Hal tersebut ditandai dengan masyarakat khususnya remaja dari tingkat
sekolah menengah sampai mahasiswa yang mengikuti arus negatif dari hal itu.
Secara sederhana, akibat sering menonton tayangan televisi mereka mengikuti gaya
bicara, gaya rambut, penampilan dan sebagainya. Gaya bahasa dari akibat
tersebut menjadi penting untuk diketahui karena berdampak pada hasil
interpretasi ke suatu tulisan. Seseorang yang terbiasa berbicara dengan
kata-kata populer ternyata akan lebih sering menuliskan sesuai dengan apa yang
diucapkannya termasuk dalam menulis ilmiah. Hal tersebut tidak sesuai karena
ada pedoman dan aturan dalam bahasa Indonesia yang harus diikuti dalam membuat
tulisan ilmiah yang baik dan benar.
Dewasa ini dalam ruang lingkup mahasiswa
di setiap perguruan tinggi, mahasiswa dituntut dapat membuat suatu karya tulis
ilmiah untuk memenuhi tugas dari pengajar atau untuk menyelesaikan pendidikan
di perguruan tinggi tersebut. Tulisan
ilmiah tersebut dapat berupa skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya.
Kenyataannya masih sering ditemukan tulisan ilmiah yang tidak sesuai dengan
Ejaan Yang Disempurnakan(EYD) yang menjadi pedoman dasar membuat tulisan
ilmiah. Mahasiswa sering tidak memperhatikan ejaan yang ditulis dan lebih banyak
mengambil dari sumber tanpa tahu apa yang ditulisnya yakni hanya sekadar
meniru. Mahasiswa dituntut dapat menulis yang baik dan benar untuk menyelesaikan tugas akhirnya, tetapi
sebagian besar hasil tulisan ilmiah mereka tidak memperhatikan ejaan. Ejaan sering
kali dianggap hal yang biasa sehingga mereka menulis hanya asal menulis saja.
Pentingnya ejaan dalam suatu tulisan
ilmiah terdapat pada baik dan benarnya pemakaian dan penulisan huruf,
penggunaan tanda baca serta penulisan kata yang sesuai degan aturan bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia mempunyai aturan-aturan yang bersifat baku sehingga
ejaan menjadi sesuatu yang pokok untuk dipelajari. Pemahaman tentang ejaan yang
meliputi huruf, tanda baca dan penulisan kata harus ditekankan bagi mahasiswa
yang akan membuat suatu tulisan ilmiah. Pemakaian ejaan dalam tulisan ilmiah
oleh mahasiswa pada umumnya belum menggunakan ejaan yang baik dan benar
sehingga kesalahan penggunaan ejaan banyak terjadi. Hal tersebut akibat karena
kurangnya penguasaan terhadap aspek-aspek yang ada didalamnya. Oleh karena itu,
ejaan sangat erat kaitannya dalam penggunaan
bahasa Indonesia produktif karya tulis. Dalam hal menulis orang tidak
hanya dituntut untuk dapat menyusun kalimat dengan baik, memilih kata yang
tepat, melainkan juga mengeja kata-kata dan kalimat tersebut sesuai dengan
ejaan yang berlaku.
Dari latar belakang di atas maka penulis
menyusun makalah dengan judul “Kesantunan Ejaan dalam Tulisan Ilmiah”.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
ejaan itu?
2. Bagaimana
sejarah, fungsi dan ruang lingkup ejaan?
3. Bagaimana
penggunaan huruf dalam tulisan ilmiah?
4. Bagaimana
penggunaan tanda baca dalam tulisan ilmiah ?
5. Bagaimana
penulisan kata dan lambang bilangan dalam tulisan ilmiah ?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian ejaan.
2. Menjelaskan
sejarah, fungsi dan ruang lingkup dalam ejaan.
3. Menjelaskan
penggunaan huruf dalam tulisan ilmiah.
4. Menjelaskan
penggunaan tanda baca yang tepat dalam tulisan ilmiah.
5. Menjelaskan
penulisan kata dan lambang bilangan yang baik dan benar dalam tulisan ilmiah.
BAB II
KESANTUNAN EJAAN DALAM
TULISAN ILMIAH
A. Ejaan
1. Pengertian
Ejaan
“Ejaan
adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan
penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca” (Kuntarto,2011:50).
Sementara
menurut Abdul Chaer, “Secara umum ejaan bisa diartikan sebagai konvensi grafis,
yaitu semacam perjanjian diantara para penutur suatu bahasa untuk menuliskan
bahasanya” (Chaer,2011:152).
2. Sejarah
Ejaan
a. Ejaan van Ophuijsen
Perkembangan
ejaan di Indonesia diawali dengan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen
ditetapkan sebagai ejaan bahasa Melayu pada 1901. Ciri khas yang menonjol
adalah penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang dan sajang, penggunaan huruf oe
pada kata goeroe dan kamoe, serta penggunaan tanda diakritik
dan trema pada kata ma’moer dan do’a (Kuntarto,2011:50).
b.
Ejaan
Soewandi
Setelah
mengalami perkembangan kedudukan, Ejaan van Ophuijsen tergantikan oleh Ejaan
Soewandi. Ejaan Soewandi atau Republik ditetapkan pada 19 Maret 1947
menggantikan Ejaan van Ophuijsen. Ciri yang menonjol dari ejaan ini adalah
penggunaan huruf u untuk menggantikan huruf oe,
penggunaan bunyi sentak k menggantikan tanda diakritik,
penulisan kata depan di dan awalan di yang sama, yakni dirangkaikan dengan
kata yang mengikutinya (Kuntarto,2011:50).
c. Ejaan Bahasa Yang
Disempurnakan
Sejak
tahun 1972 Ejaan Soewandi digantikan lagi dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah peraturan
bahasa Indonesia yang diberlakukan sejak 1972 pada saat Kongres Bahasa
Indonesia sampai saat ini dengan beberapa kali penyempurnaan
(Kuntarto,2011:50).
3. Fungsi
Ejaan
Berdasarkan
pengertian dan sejarah ejaan menurut Kuntarto, maka ejaan mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. Sebagai
acuan dalam penulisan huruf, kata, dan pemakaian tanda baca.
b. Penyesuaian
terhadap kaidah bahasa Indonesia yang baku agar mudah dipahami.
(Kuntarto,2011:50).
4. Ruang
Lingkup Ejaan
Dalam tulisan ilmiah, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penggunaan ejaan, yakni mengenai penggunaan ejaan yang baik
dan benar. Ejaan
yang disempurnakan memiliki beberapa cakupan pembahasan meliputi pemakaian
huruf, penggunaan tanda baca, dan penulisan kata.
Ruang lingkup ejaan yang meliputi pemakaian huruf,
penggunaan tanda baca, dan penulisan kata memberikan penjabaran lebih
terperinci dan jelas mengenai penggunaan ejaan yang baik dan benar. Sementara
itu akhadiah dkk dalam bukunya Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia juga menjelaskan
bahwa dalam kehidupan
sehari-hari, dibandingkan dengan tulisan, masyarakat yang sering terlibat
langsung menggunakan bahasa lisan, bertatap muka akan lebih memahami makna yang
akan disampaikan oleh lawan bicaranya, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan jeda
dan intonasi dari lawan bicara. Disinilah peranan pemberian tanda baca menjadi
hal yang harus diperhatikan dalam penulisan karangan ilmiah.
Gagasan yang disampaikan secara lisan atau
tatap muka lebih mudah atau lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal
ini disebabkan, dalam bahasa lisan faktor dan gerak gerik, mimik, intonasi,
irama, jeda, serta unsur-unsur non bahasa lainnya ikut memperlancar.
Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat di dalam bahasa tulis. Ketiadaan
itu menyulitkan komunikasi dan memberikan peluang untuk kesalahpahaman.
Disinilah ejaan dan pungtuasi (tanda-tanda baca) berperan sampai batas-batas
tertentu untuk memperjelas gagasan atau pesan (Akhadiah dkk,1994 : 179).
B. Penulisan
Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
|
Huruf
|
Nama
|
|
|
Kapital
|
Kecil
|
|
|
A
|
A
|
A
|
|
B
|
B
|
Be
|
|
C
|
C
|
Ce
|
|
D
|
D
|
De
|
|
E
|
E
|
E
|
|
F
|
F
|
Ef
|
|
G
|
G
|
Ge
|
|
H
|
H
|
Ha
|
|
I
|
I
|
I
|
|
J
|
J
|
Je
|
|
K
|
K
|
Ka
|
|
L
|
L
|
El
|
|
M
|
M
|
Em
|
|
N
|
N
|
En
|
|
O
|
O
|
O
|
|
P
|
P
|
Pe
|
|
Q
|
Q
|
Ki
|
|
R
|
R
|
Er
|
|
S
|
S
|
Es
|
|
T
|
T
|
Te
|
|
U
|
U
|
U
|
|
V
|
V
|
Ve
|
|
W
|
W
|
We
|
|
X
|
X
|
Eks
|
|
Y
|
Y
|
Ye
|
|
Z
|
Z
|
Zet
|
2.
Huruf
Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a,e,i,o dan u.
|
Huruf Vokal
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
|
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
|
A
|
Api
|
Padi
|
Lusa
|
|
E
|
Enak
|
Petak
|
Sore
|
|
Emas
|
Kena
|
Tipe
|
|
|
I
|
Itu
|
Simpan
|
Murni
|
|
O
|
Oleh
|
Kota
|
Radio
|
|
U
|
Ulang
|
Bumi
|
Ibu
|
3. Huruf Konsonan
Huruf yang dilambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,dan z.
|
Huruf Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
|
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
|
B
|
Bahasa
|
Sebut
|
Adab
|
|
C
|
Cakap
|
Kaca
|
-
|
|
D
|
Dua
|
Ada
|
Abad
|
|
F
|
Fakir
|
Kafan
|
Maaf
|
|
G
|
Guna
|
Tiga
|
Gudeg
|
|
H
|
Hari
|
Saham
|
Tuah
|
|
J
|
Jalan
|
Manja
|
Mikraj
|
|
K
|
Kami
|
Paksa
|
Politik
|
|
-
|
Rakyat
|
Bapak
|
|
|
L
|
Lekas
|
Alas
|
Akal
|
|
M
|
Maka
|
Kami
|
Diam
|
|
N
|
Nama
|
Tanah
|
Daun
|
|
P
|
Pasang
|
Apa
|
Siap
|
|
Q
|
Quran
|
status-quo
|
Taufiq
|
|
R
|
Raih
|
Bara
|
Putar
|
|
S
|
Sampai
|
Asli
|
Tangkas
|
|
T
|
Tali
|
Mata
|
Rapat
|
|
V
|
Varia
|
Lava
|
-
|
|
W
|
Wanita
|
Hawa
|
-
|
|
X
|
Xerox
|
-
|
sinar-x
|
|
Y
|
Yakin
|
Payung
|
-
|
|
Z
|
Zeni
|
Lazim
|
Juz
|
4. Huruf Kapital
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai
huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia
membaca buku.
Kita
harus bekerja keras.
Pekerjaan
itu akan selesai dalam satu jam.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
petikan langsung.
Misalnya :
Adik bertanya , “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!” “Kemarin engkau terlambat,” katanya.
“Besok
pagi,” kata ibu, “Dia akan
berangkat.”
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan tuhan,
termasuk kata ganti tuhan.
Misalnya :
Islam Alkitab
Kristen Weda
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan
yang Engkau beri rahmat.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra
Yamin Sultan Hasanuddin
Haji
Salim Imam Syafii
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang
Misalnya :
Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi agaknya sudah
seperti kiai.
f.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai
pengganti nama orang tertentu.
Misalnya :
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Laksamana
Muda Udara Husein Sastranegara
g.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama
instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia. Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
h.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan pangkat
yangtidak merujuk nama orang, atau instansi nama tempat tertentu.
Misalnya :
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
i.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya :
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Catatan :
1). Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama belanda), von
(dalam nama jerman) atau da (dalam
nama portugal).
Misalnya
:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen H.
2).
Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.
Misalnya
:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
3). Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama singkatan nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
Pascal second Pas
J/K atau JK-1 joule
per Kelvin
j.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
mesin diesel
k.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya :
bangsa Eskimo
suku Sunda bahasa
Indonesia
l.
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa yang digunakan sebagai
bentuk dasar kata turunan.
Misalnya :
pengindonesiaan
kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
m.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari raya
Misalnya :
tahun Hijriah
bulan Agustus
n.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa
sejarah.
Misalnya :
Perang Candu
Perang Dunia I
o. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya :
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
p.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri
geografi.
Misalnya :
Banyuwangi Asia Tenggara
Cirebon Jawa Barat
q.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama
geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya :
ukiran Jepara pempek
Palembang
tari Melayu sarung Mandar
r.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan dan nama dokumen resmi
kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau dan untuk.
Misalnya :
Republik Indonesia
Departemen
Keuangan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
s. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya :
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
t.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata(termasuk semua
unsur kata ulang yang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar dan
makalah, kecuali kata tugas seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya :
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan
u.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya :
Dr. doktor
S.E. sarjana
ekonomi
Ny. nyonya
v.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara,kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan
atau pengacuan.
Misalnya :
Adik bertanya,”Itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang
w.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya :
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima dengan baik
5.
Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku majalah, dan surat kabar yng dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama
karangan Prapanca. Majalah Bahasa dan
Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa. Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
b.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a
c.
Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya :
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung dipadankan dengan
‘pandangan dunia’.
Catatan :
1) Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang
belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring,
tetapi diapit dengan tanda petik.
2) Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam
bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya :
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
6.
Huruf Tebal
a. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan judul buku bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang,
daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya :
Judul :
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab :
BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab :
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2
Tujuan
Daftar, indeks,
dan lampiran :
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
b. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk
menegaskan ataumengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata;
untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
Misalnya :
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring :
Saya tidak
mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
C. Pemakaian
Tanda Baca
1. Dasar Tanda baca
Tanda baca (pungtuasi) didasarkan pada
dua hal utama yang saling melengkapi, yaitu:
a.
Didasarkan pada unsur suprasegmental;
b.
Didasarkan pada hubungan sintaksis, yaitu:
1).
unsur-unsur sintaksis yang erat hubungannya tidak boleh dipisahkan
dengan tanda-tanda baca;
2). unsur-unsur sintaksis yang tidak
erat hubungannya harus dipisahkan dengan tanda-tanda baca (Keraf, 2004: 15).
2.
Macam-Macam
Tanda Baca
Tanda baca yang
digunakan berdasarkan atas nada dan lagu (suprasegmental), dan sebagian besar
didasarkan atas relasi gramatikal, frasa dan inter-relasi antarbagian kalimat
(hubungan sintaksis) (Keraf, 2004: 16).
a.
Titik
(.)
Titik
atau perhentian akhir dilambangkan dengan (.). tanda ini lazim dipakai untuk:
1)
Menyatakan akhir dari
sebuah tutur atau kalimat.
Dalam
kalimat tanya dan kalimat perintah atau seru mengandung pengertian perhentian
akhir, yaitu berakhirnya suatu tutur, maka tanda tanya dan tanda seru yang
dipergunakan dalam kalimat-kalimat tersebut selalu mengandung sebuah tanda
titik (Keraf, 2004: 16).
Misalnya
:
Ayah berangkat ke kantor bersama paman
Abu.
Apa kabar dengan Nini yang tadi pagi
jatuh dari sepeda?
2)
Tanda titik dipakai
pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat dan singkatan kata atau kata yang
sudah lazim. Pada singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih hanya
dipakai satu tanda titik.
Misalnya
:
Dr. (Doktor) a.n. (atas nama)
dr. (Dokter) d.a. (dengan alamat)
Ir. (Insinyur) u.b. (untuk beliau)
Kol. (Kolonel) dkk. (dan kawan-kawan)
M. Sc. (Master of Science) dst. (dan seterusnya)
S.H. (Sarjana Hukum) dll. (dan lain-lain)
Prof. (Profesor) dsb. (dan sebagainya)
Drs. (Doktorandus) tsb. (tersebut)
M.A. (Master of Arts) Yth. (Yang terhormat)
Catatan :
Semua
singkatan kata yang mempergunakan inisial atau akronim tidak mempergunakan
titik(Keraf, 2004: 17).
Misalnya
:
MPR,
DPR, ABRI, Hankam, Kopkamtib, Ampera, Lemhanas, dsb.
3)
Tanda titik dipergunakan
untuk memisahkan angka ribuan , jutaan, dan seterusnya yang menunjukkan jumlah;
juga dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik.
Misalnya
:
1.000
154.376.200
pukul 5.45.42 (pukul lima lewat 45
menit 42 detik)
Catatan :
Apabila
bilangan itu tidak menunjukkan jumlah maka tanda titik tidak digunakan.
Misalnya
:
Pada halaman 5675 terdapat
kata-kata berikut.
Ia lahir pada tahun 1825.
b.
Koma
(,)
Koma
atau perhentian antara yang menunjukkan suara menaik di tengah-tengah tutur,
biasanya dilambangkan dengan tanda (,). Disamping itu untuk menyatakan
perhentian antara (dalam kalimat), koma juga dipakai untuk beberapa tujuan
tertentu (Keraf, 2004: 17). Koma dipergunakan dalam hal-hal berikut:
1)
Untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat, antara kalimat setara yang menyatakan pertentangan,
antara anak kalimat dan induk kalimat, antara anak kalimat dan anak kalimat.
Misalnya
:
Doni sudah berusaha menolong anak
itu, tetapi tidak berhasil menyelamatkannya.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam usaha penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia, lebih
dahulu harus ditentukan secara deskriptif tata fonem bahasa Indonesia, sebelum
dilakukan pemilihan huruf bagi fonem-fonemnya.
2)
Tanda koma dipergunakan
untuk menandakan suatu bentuk parentetis (keterangan-keterangan tambahan yang
biasanya ditempatkan juga dalam kurung) dan unsur-unsur yang tak restriktif.
Misalnya
:
Pertama, tulislah nama saudara di
kertas itu.
Kedatangannya, seperti yang
diinginkan semenjak dulu oelhnya, tidak disambut dengan upacara besar.
3)
Tanda koma dipergunakan
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat
mendahului induk kalimatnya, atau untuk memisahkan induk kalimat dengan sebuah
bagian pengantar yang terletak sebelum induk kalimat.
Misalnya
:
Bila hujan berhenti, pak Dudung
akan memulai menanam jagung di sawahnya.
Sebagai pembuka acara ini, kami
memberikan kesempatan kepada saudara Anang untuk maju ke depan.
4)
Koma dipergunakan untuk
menceraikan beberapa kata yang disebut berturut-turut.
Misalnya
:
Dia membeli seekor sapi, tiga ekor
ayam, lima kilo beras untuk kunjungan ke rumah neneknya di Bandung.
Realita kehidupan penuh dengan
fakta, opini, norma-norma yang berlaku menjadi tombak atau dasar bagi tingkah
laku manusia hidup di lingkungannya.
5)
Tanda koma dipakai di
belakang kata atau ungkapan transisi yang terdapat di awal kalimat, misalnya:
jadi, oleh karena itu, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, di samping itu.
Misalnya :
Oleh
karena itu, sebagai makhluk yang beretika sudah sepantasnya saling menghargai
akan hak orang lain.
Akan tetapi, pada kenyataannya anak
yang bernama Susi meninggal karena sakit demam berdarah yang parah.
6)
Koma selalu
dipergunakan untuk menghindari salah baca atau keragu-raguan.
Misalnya
:
Meragukan
: Di luar rumah terlihat sepi.
Jelas : Di luar, rumah terlihat sepi.
Jelas : Di luar rumah, terlihat sepi.
7)
Koma dipakai untuk
menandakan seseorang yang diajak bicara.
Misalnya
:
Saya setuju, saudara mengatakan
fakta yang benar.
Saya mendoakan, Tini, anda akan
sukses meraih semua impian yang telah anda rancang saat ini.
8)
Koma dipakai untuk
memisahkan aposisi dari kata yang diterangkannya.
Misalnya
:
Jenderal Soeharto, Presiden
Republik Indonesia, dengan sekuat tenaga berusaha menyelamatkan rakyat
Indonesia.
Orang tuanya, bu Markin, telah meninggal seusai shalat berjamaah di masjid.
9)
Koma dipakai untuk
memisahkan kata-kata afektif seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari bagian
kalimat lainnya.
Misalnya
:
Aduh, betapa malang gadis yang
terjatuh dari balkon itu.
Wah, saya bangga dengan hasil yang
anda capai.
10)
Tanda koma dipakai untuk memisahkan sebuah
ucapan dari bagian kalimat lainnya.
Misalnya
:
Kata
ibu, “Indi harus berusaha lebih keras agar prestasinya bagus.”
11)
Koma dipergunakan untuk beberapa maksud
berikut:
(1)
Memisahkan nama dan
alamat , bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal.
(2)
Menceraikan bagian nama
yang dibalikkan.
(3)
Memisahkan nama
keluarga dari gelar akademik.
(4)
Menyatakan angka
desimal (Keraf, 2004: 20).
Misalnya :
Bila anda ingin mengirim surat ke
Bowo, alamatkan ke: Fakultas Sastra – Universitas Diponegoro, Tembalang,
Semarang.
Suharto, Trimulyono.
A.K. Pardede, 5.5., M.A.
Halaman sekolah itu luasnya 15,45
meter.
c.
Titik
Koma (;)
Fungsi
titik koma terletak antara titik dan koma. Di satu pihak orang ingin melanjutkan
kalimatnya dengan bagian-bagian kalimat berikutnya, tetapi di pihak lain
dirasakan bahwa bagian kalimat tadi sudah dapat diakhiri dengan sebuah titik.
Oleh karena itu titik-koma dilambangkan dengan sebuah titik di atas sebuah koma
(;)(Keraf, 2004: 20).
Titik
koma dipakai dalam hal-hal berikut:
1)
Untuk memisahkan dua
bagian kalimat yang sederajat, di mana tidak dipergunakan kata-kata sambung .
Misalnya :
Ia seorang cendekiawan terkenal;
seorang aktor yang berbakat; seorang seniman yang inspiratif.
2)
Titik-koma dipergunakan
untuk memisahkan anak-anak kalimat yang sederajat .
Misalnya :
Dito merasa sudah lelah dengan
masalah pribadinya; karena itu dia ingin meninggalkan rutinitasnya yang sudah
digelutinya selama ini.
3)
Untuk memisahkan sebuah
kalimat yang panjang yang mengandung subyek yang sama serta terdapat perhentian
yang lebih lama dari koma biasa; teristimewa titik-koma digunakan bila dalam
bagian kalimat terdahulu telah digunakan tanda koma.
Misalnya :
Tingkat kemunduran suatu budaya
bangsa menunjukkan berbagai dampak negatif globalisasi; dengan demikian
menunjukkan kelunturan kultur budaya Indonesia.
4)
Memisahkan ayat-ayat
atau perincian-perincian yang bergantung pada suatu pasal atau pada suatu induk
kalimat.
Misalnya
:
Berdasarkan penelitian oleh badan
pusat yang berwenang, kekerasan yang terjadi di kalangan masyarakat, kalangan
anak di bawah umur, antara lain:
a)
sebagian besar
dilatarbelakangi oleh keadaan ekonomi yang rendah;
b)
tingkat pengawasan dari
pihak tertentu yang seharusnya disosialisasikan;
c)
ancaman sosial budaya
yang mempengaruhi psikologi anak di bawah umur;
d)
cara belajar dan cara
pengawasan orang tua terhadap anak;
e)
peningkatan mutu sosial
lembaga yang khusus menangani masalah tersebut.
Sebagai pedoman dapat
diingat bahwa titik-koma merupakan sebuah perhentian yang lebih lama dari koma.
Dengan menggunakan sebuah titik-koma penulis dapat terhindar dari tiga
kemungkinan kesalahan, yaitu:
1)
Berhenti secara
tiba-tiba pada suatu rangkaian kalimat-kalimat pendek yang terrpisah yang
diakhiri dengan titik biasa.
2)
Menghilangkan kejemuan
(monotoni) dari suatu kalimat yang panjang, terdiri dari bagian-bagian kalimat
atau anak-anak kalimat yang dirangkaikan dengan kata dan atau kata sambung
lain.
3)
Menghindari kekaburan
dari sebuah kalimat yang berbelit-belit yang dipisahkan oleh sebuah koma saja
(Keraf, 2004: 22).
d.
Titik
Dua (:)
Titik
dua dilambangkan dengan (:) digunakan dalam hal-hal berikut:
1)
Sebagai penghantar
sebuah kutipan yang panjang, baik yang di ambil dari sebuah buku, majalah dan
sebagainya, maupun dari sebuah ucapan langsung
Misalnya
:
Dalam sebuah karangannya yang
berjudul “Pengajaran Bahasa Indonesia” I.R. Poedjawijatna mengatakan : “Maka
dari itu sekarang dapat kami majukan tujuan utama pengajaran bahasa: membimbing
anak (orang yang belum tahu betul akan bahasa itu) supaya dapat mempergunakan
dan menerima (mengerti) bahasa itu sebaik-baiknya.” (Ali Lukman, 1967).
2)
Titik dua dipakai pada
akhir suatu pernyataan yang lengkap tetapi diikuti suatu rangkaian atau
pemerian .
Misalnya
:
Di toko depan rumah itu menjual
barang-barang berikut ini: gula, beras, telur, lampu, buah, barang pecah-belah,
dan sebagainya.
Manusia terdiri dari dua bagian:
jiwa dan raga.
Titik dua tidak dipakai jika
pemerian atau perincian merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya :
Di toko depan rumah itu menjual
buah-buahan, gula, telur, lampu, dan sebagainya.
Manusia terdiri dari jiwa dan raga.
3)
Titik dua digunakan
sebagai pengantar sebuah pernyataan atau kesimpulan.
Misalnya
:
Pada dasarnya hal tersebut mengungkapkan
fakta berikut: bahasa Indonesia dan Matematika adalah dua pelajaran dasar,
bahasa Arab dan Jepang adalah suatu pilihan.
4)
Titik dua dapat digunakan untuk memisahkan dua kalimat
yang sederajat, sedangkan bagian yang kedua menerangkan atau menegaskan bagian
yang pertama .
Misalnya
:
Tiap pengajaran yang baik
setidak-tidaknya: Donita adalah pengajar di sekolah yang baik.
5)
Titik dua dipakai
sesudah kata atau frasa yang memerlukan pemerian.
Misalnya
:
Ketua
Panitia : Ahmad Fauzan
Wakil : Syarief Ali
Sekretaris : Aisyah
Bendahara : Regifani Okta
6)
Dalam teks drama atau
dialog, titik dua dipakai sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan.
Misalnya
:
Boy : Tenanglah Ren, semua akan
baik-baik saja.
Renata : Aku hanya ingin menangis ketika cobaan
ini begitu besar (menahan isak tangis).
Boy : Aaaah, semua akan lebih baik jika
kamu berdoa. Yakinlah Ren (tersenyum menyemangati Renata).
e.
Tanda
Kutip (‘...’/ ”...”)
Tanda
kutip dilambangkan dengan tanda (‘...’) atau (“...”), digunakan dalam hal-hal
berikut:
1)
Untuk mengutip
kata-kata seseorang, sebuah kalimat,
atau suatu bagian yang penting dari buku, majalah dan sebagainya. Apabila hanya
ada satu kata yang dikutip maka tidak perlu menggunakan titik dua.
Misalnya
:
Ia merintih dan meronta “Kejamnya
dunia!” kepada para prajurit bersenjata.
Dalam bukunya yang berjudul
“Pengajaran Bahasa Indonesia” I.R. Poedjawijatna mengatakan : “Maka dari itu
sekarang dapat kami majukan tujuan utama pengajaran bahasa: membimbing anak (orang
yang belum tahu betul akan bahasa itu) supaya dapat mempergunakan dan menerima
(mengerti) bahasa itu sebaik-baiknya.” (Ali Lukman, 1967: BKI).
2)
Tanda kutip digunakan
untuk menulis judul karangan (artikel), syair atau bab buku.
Misalnya
:
Ia menulis sebuah artikel dalam
majalah dinding edisi harian yang berjudul “Aku dan Pasir Putih Senja Menari”.
3)
Tanda kutip dipakai
untuk memyatakan sebuah kata asing atau sebuah kata yang diistimewakan atau
mempunyai arti khusus.
Misalnya
:
Semboyan “buku, pesta dan cinta”
sudah lama ditinggalkan baik di dalam tindak-tanduk maupun slogan.
Disertasi itu telah disetujui dan
pihaknya mengatakan “Oke”.
4)
Tanda kutip dalam tanda
kutip addalah apabila terdapat sebuah kutipan dalam sebuah kutipan, maka
masing-masing harus dibedakan dengan tanda kutip yang berlainan.
Misalnya
:
Bibi berkata “ketika itu waktu
telah larut dan aku mendengar suara jeritan ‘Aduh kepalaku, siapa kamu?’” atau
Bibi berkata ‘Ketika itu waktu
telah larut dan aku mendengar suara jeritan “Aduh kepalaku, siapa kamu?”’
5)
Tanda kutip tunggal
dipakai untuk mengapit terjemahan atau penjelasan sebuah kata atau ungkapan
asing.
Misalnya
:
Teriakan-teriakan binatang dan
orang primitif oleh Wundi disebut LAUTGEBARDEN ‘gerak-gerik bunyi’(Keraf, 2004:
25).
f.
Tanda
Tanya(?)
Tanda-tanda
yang dilambangkan dengan (?), digunakan dalam hal-hal berikut:
1)
Dalam suatu pertanyaan
langsung, dapat ditegaskan bahwa tanda tanya tidak boleh digunakan dalam ucapan
tak langsung( oratio indirecta).
Misalnya
:
Bagaimana dengan tugas-tugas kuliah
itu?
Akankah anda mengambil risiko itu,
pak?
2)
Tanda tanya digunakan
untuk menyatakan keragu-raguan atau ketaktentuan. Untuk maksud tersebut tanda
tanya harus ditempatkan dalam tanda kurung (?) .
Misalnya
:
Seniman bumi itu lahir tahun
1923(?) dan wafat pada tahun 1997.
3)
Tanda tanya terkadang
digunakan untuk menggantikan suatu bentuk sarkastis.
Misalnya
:
Dia seorang perempuan yang
lembut(?) dan periang.
g.
Tanda
Seru (!)
Tanda
seru dilambangkan dengan (!), digunakan dalam hal-hal berikut:
1)
Untuk menyatakan suatu
pertanyaan yang penuh emosi. Kata-kata seru biasanya dimasukkan dalam
golonganini. Tanda seru tidak selalu harus dipakai di belakang kata-kata seru.
Misalnya
:
Tidak mungkin! Itu tidak akan
terjadi sekarang. Mustahil!
Perhatian! Perhatian!
Aduh! Malang sekali nenek yang
ditabrak lari itu.
2)
Tanda seru selalu
digunakan untuk menyatakan suatu perintah.
Misalnya
:
Kerjakan saat ini juga!
Ambillah sisa nasi di dapur itu!
Ibu akan membuangnya ke tempat sampah di depan rumah.
3)
Tanda seru dipakai
untuk menyatakan bahwa orang yang mengutip sesuatu sebenarnya tidak setuju atau
sependapat dengan apa yang dikutipna.
Misalnya
:
Dataran-dataran itu dianggap
sebagai bukti(!) pendaratan makhluk angkasa luar di bumi kita pada zaman
lampau.
h.
Tanda
Hubung (-)
Tanda
hubung dilambangkan dengan tanda (-), digunakan dalam hal-hal berikut:
1)
Memisahkan suku kata
yang terdapat pada akhir baris. Semua suku kata(kata dasar atau afiks) yang
terdiri dari satu huruf tidak dipisahkan supaya tidak terdpat hanya satu huruf
pada ujung maupun awal baris. Jadi, jangan menulis: a-nak, i-bu, melompat-i,
dsb. Walaupun pemisahan suku kata memang demikian (Keraf, 2004: 28).
Misalnya
:
Mungkin tidak ada konsensus apakah
pembangunan itu, apa definisinya dan bagaimana caranya.
2)
Tanda hubung dipakai
untuk menyambung bagian-bagian dari kata ulang.
Misalnya
:
Bermain-main, buah-buahan,
sayur-sayuran, pertama-tama, dsb.
3)
Tanda hubung dipakai
untuk memperjelas hubungsn antara bagian kata atau ungkapan.
Misalnya
:
Ber-evolusi, ber-uang, be-ruang.
Istri-jenderal yang cerewet (sang
istri yang cerewet).
Istri jenderal- yang cerewet
(jenderal yang cerewet).
4)
Tanda hubung dipakai
untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, atau singkatan huruf kapital
dengan imbuhan atau kata.
Misalnya
:
Se-Indonesia, se-Jakarta; hadiah
juara ke-1, ulangan hariang ke-4, tahun 90-an.
i.
Tanda
Pisah (---)
Tanda
pisah dilambangkan dengan(---), digunakan untuk hal-hal berikut:
1)
Untuk menyatakan suatu
pikiran sampingan atau tambahan.
Misalnya
:
Ada kritik yang menyatakan bahwa
cara penyiar kita menggunakan bahasa Indonesia --- khusus dalam pengucapannya
--- kurang baik.
Karangan yang memberi inspirasi
bagi masyarakat --- khususnya saat ini--- menggunakan tata bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
2)
Untuk menghimpun atau
memperluas suatu rangakaian subjek atau bagian kalimat sehingga menjadi lebih
jelas.
Misalnya
:
Tempat tinggal, sawah, ladang,
hewan ternak --- musnah saat bencana gunung meletus terjadi.
Perumusan masalah --- penelitian,
penilaian, pembuktian--- merupakan kerangka dalam penulisan karya ilmiah.
3)
Tanda pisah dipakai di
antara dua bilangan berarti sama dengan, sedangkan bila dipakai antara dua
tempat atau kota berarti ke atau sampai.
Misalnya
:
Seminar kesehatan itu berlangsung
tanggal 8-10 okteober.
Ia tinggal bersama neneknya di
Semarang dari tahun 2000-2010.
4)
Tanda pisah dipakai
untuk menyatakan suatu ringkasan atau suatu gelar.
Misalnya
:
Kegemaran dan kesenangan dalam
kegiatan ini tidak lain --- menulis
Sahabat yang saya banggakan ---
Maya
5)
Untuk menyatakan suatu
ujaran yang terputus atau suatu keragu-raguan.
Misalnya
:
Di dalam belukar itu terdapat
seekor --- seekor--- tak dapat saya pastikan binatang apa itu.
j.
Tanda
Elipsis (...)
Tanda
elipsis atau titik-titik dilambangkan dengan tiga titik digunakan untuk
menyatakan hal-hal berikut:
1)
Untuk menyatakan ujaran
yang terputus-putus atau menyatakan ujaran yang terputus dengan tiba-tiba.
Misalnya
:
Bita seharusnya... seharusnya...
sudah berkumpul di tenda ini.
Terdengar sayup-sayup suara dari
ujung lembah itu, seperti terjadi sesuatu yang menegangkan di sana, ... benar,
ya itulah yang terjadi.
2)
Tanda elipsis
deigunakan untuk menyatakan bahwa dalam suatu kutipan ada bagian yang
dihilangkan. Tanda elipsis digunakan pada akhir kalimat karena menghilangkan
bagian tertentu sesudah kalimat berakhir menggunakan empat titik, yaitu sebagai
titik bagi kalimat sebelumnya dan tiga bagian yang dihilangkan (Keraf, 2004:
30).
Misalnya
:
Karakter yang kuat di era
globalisasi saat ini --- harus dibangun.
Demi kelancaran tata tertib hal ini
sangat perlu.... sehingga tiap orang yang agak “keluar dari rel”, lantas
ditindak.
3)
Tanda elipsis digunakan
untuk meminta kepada pembaca mengisi sendiri kelanjutan dari sebuah kalimat.
Misalnya
:
Perkembangan domestik di daerah
pedesaan itu menurun. Akan tetapi masyarakatnya hidup dengan tercukupi karena
mereka mampu mengatur pengeluaran. Bagaimanapun hal itu perlu diapresiasi
tentang hal itu...!
k.
Tanda
Kurung ( )
Tanda
kurung dilambangkan dengan tanda (), digunakan untuk menyatakan hal-hal
berikut:
1)
Mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
Misalnya
:
Peranan
IRRI (International Rice Research Institute) adalah untuk menciptakan berbagai
varietas yang telah ditingkatkan (Keraf, 2004: 31).
2)
Mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan merupakan bagian integral dari pokok pembahasan
(Keraf, 2004: 31).
Misalnya
:
Memang diakui bahwa untuk dua jenis
pelajaran (menurut kami harus dikatakan: ‘pengajaran’) ini ada metode dan
sistimnya.
3)
Mengapit angka atau
huruf yang memperinci satu seri keterangan.
Misalnya
:
Hasil rapat siang ini adalah
berikut:
a)
Mengapa sosialisasi
kegiatan perlu?
Setiap masyarakat harus mengerti secara menyeluruh
dari kegiatan.
b)
Siapa sasaran utamanya?
(1)
Masyarakat umum;
(2)
Anak-anak;
(3)
Orang tua.
c)
Persoalan biaya
ditanggung bersama dari pihak yang bersangkutan.
l.
Tanda
Kurung Siku ([])
Tanda
kurung siku dilambangkan dengan tanda [] (Keraf, 2004: 32). Tanda ini digunakan
untuk maksud berikut:
1)
Dipakai untuk
menerangkan sesuatu di luar jalannya teks atau sisipan keterangan yang tidak
ada hubungannya dengan teks.
Misalnya
:
Sementara itu lingkungan pemuda
dari kampus ini berhubung [maksudnya: berhubungan] dengan kenyataan yang tidak
berada di dalamnya saja.
2)
Mengapit keterangan
atau penjelasan bagi suatu kalimat yang sudah ditempatkan dalam tanda kurung.
Misalnya
:
(hanya
menggunakan nada atau kombinassi nada-nada dan apa yang anda sebut persendian
[atau mungkin kata lain perjedahan]).
m.
Garis
Miring (/)
Garis
miring dilambangkan dengan (/) dgunakan untuk:
1)
Pengganti kata dan,
atau, per, atau memisah-misahkan nomor alamat yang mempunyai fungsi yang
berbeda.
Misalnya
:
Berdasarkan perhitungan tahun ini
jumlah penduduk meningkat sebanyak 100 juta jiwa/tahun.
Jalan Anggrek Melati V/25-F
2)
Penomoran kode surat.
Misalnya
:
SK Dekan No. 258/UN7.3.8/SK/2013
Tanggal 21 Oktober 2013
No. 8/SC/UKI/80
D. Penulisan
Kata
1.
Kata
Dasar
Kata yang berupa kata
dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
2.
Kata
Turunan
a. Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
b. Imbuhan
dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau
kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
me-recall
c. Jika
bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk
tangan
garis
bawahi
menganak
sungai
d. Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
maka unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
pertanggungjawaban
e. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai
dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
antarkota
antibiotik
dwiwarna
paripurna
poligami
Catatan:
1) Jika
bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung
(-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya:
non-Indonesia
pro-Barat
2) Jika
kata maha sebagai unsur gabungan
merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis
terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya:
Marilah kita
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa
kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
f. Jika
kata maha, sebagai unsur gabungan,
merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan
Yang Mahakuasa
menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan
Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
g. Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang
diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan
sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
Sikap
masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
Mereka
memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
h. Kata tak sebagai unsur gabungan dalam
peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi
ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
taktembus
cahaya
taklaik
terbang
tak
bersuara
3.
Bentuk
Ulang
a. Bentuk
ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak
mondar-mandir
terus-menerus
Catatan:
1) Bentuk
ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.
Misalnya:
2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya
adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan
makna yang berbeda.
Misalnya:
orang besar-besar
gedung tinggi-tinggi
b. Awalan
dan akhiran ditulis serangkai dengan
bentuk ulang.
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
dibesar-besarkan
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan
dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan
catatan rapat atau kuliah.
Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2baru.
Kami mengundang orang2yang
berminat saja.
4.
Gabungan
Kata
a. Unsur-unsur
gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar
kambing hitam
orang tua
b. Gabungan
kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
anak-istri Ali anak istri-Ali
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
c. Gabungan
kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali
adakalanya
daripada
5.
Suku
Kata
a. Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1) Jika
ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
2) Huruf diftong ai, au, dan oi tidak
dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
3) Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (
termasuk gabungan huruf konsonan ) di antara dua buah huruf vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
mu-sya-wa-rah
4) Jika
di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
5) Jika
di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
Catatan:
1) Gabungan
huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
ba-nyak
kong-res
sang-gup
2) Pemenggalan
kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir
baris.
Misalnya:
b. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau
partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.
Misalnya:
ber-jalan mem-bantu di-ambil
ter-bawa per-buat makan-an
letak-kan pergi-lah apa-kah
Catatan:
1) Pemenggalan
kata berimbuhan yang bentuk dasarnya
mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
pe-mi-kir
pe-nye-but
2) Akhiran
–i
tidak dipisahkan pada pergantian baris.
3) Pemenggalan
kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
si-nam-bung
4) Pemenggalan
tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan
....
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.
c. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau
lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain,
pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan
itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
bio-grafi bi-o-gra-fi
bio-data bi-o-da-ta
pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
d. Nama
orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih
dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah).
6.
Kata
Depan di,
ke,
dan dari
Kata depan di,
ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada
dan daripada.
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang ?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah
perjuangan.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam
kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Kesampingkan saja persoalan yang
tidak penting itu.
7.
Partikel
a. Partikel
-lah,
-kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersurat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
b. Partikel
pun
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat
mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun
sudah ada kendaraan.
Jangankan dua kali,
satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah membaca di teras, Adik pun
membaca di tempat itu.
Catatan:
Partikel pun
pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum
diketahui.
Bagaimanapun juga tugas itu akan
diselesaikan.
Walaupun sederhana, rumah itu tampak
asri.
c. Partikel
per
yang berarti ‘demi’, ’tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam
ruang satu per satu.
Harga kain itu
Rp50.000,00 per helai.
Pegawai negeri mendapat
kenaikan gaji per 1 Januari.
Catatan:
Partikel per
dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan
kata yang mengikutinya.
8.
Singkatan
dan Akronim
a. Singkatan
ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1) Singkatan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:
A.H.
Nasution Abdul Haris
Nasution
H.
Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
M.Hum. magister humaniora
Bpk. Bapak
Kol. kolonel
2) Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
3) Singkatan
kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
jml. jumlah
kpd. kepada
tgl. tanggal
hlm. halaman
no. Nomor
4) Singkatan
gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
Yth. Yang terhormat
Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan untuk
keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
5) Singkatan
gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat)
masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
6) Lambang
kimia, singkatan, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda dengan titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
Rp rupiah
b. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau
lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
1) Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
LIPI Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
LAN Lembaga Administrasi
Negara
PASI Persatuan Atletik
Seluruh
Indonesia
SIM surat
izin
mengemudi
2) Akronim
nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog Badan Urusan
Logistik
Bappenas Badan Perencanaan
Pembangunan
Nasional
Iwapi Ikatan Wanita
Pengusaha
Indonesia
3) Akronim
bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan
huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan
umum
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
rapim rapat pimpinan
Catatan:
Jika pembentukan
akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
a) Jumlah
suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia
(tidak lebih dari tiga suku kata).
b) Akronim
dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang
sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan
diingat.
9.
Angka
dan Bilangan
a. Bilangan
dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Misalnya
:
Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
(100), D (500), M (1.000)
b.
Bilangan dalam teks
yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali
jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan.
Misalnya
:
Mereka menonton drama
itu sampai tiga kali. Koleksi
perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72
anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang tidak memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan
untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250
sedan.
c. Bilangan
pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak
ada pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh
siswa kelas 6 lulus ujian. Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
250 orang peserta diundang panitia dalam seminar itu.
d. Angka
yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru
saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan
Rp250
juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan
ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
e. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran
panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d)
jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter
2.000 rupiah
tahun 1928
17 Agustus 1945
27 orang
Catatan:
1) Tanda
titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
2) Penulisan
lambang mata uang, seperti Rp, US$ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak
ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam
tabel.
3) Angka
digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I
No.15
Apartemen No.5
Hotel
Mahameru, Kamar 169
f. Angka
digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, Halaman
252
Surah Yasin: 9
Markus2:3
g. Penulisan
bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
1) Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh (30)
lima ribu (5000)
2) Bilangan
pecahan
Misalnya:
Setengah (1/2)
seperenam belas (1/16)
tiga perempat (3/4)
Catatan:
1) Pada
penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan
utuh dan bilangan pecahan.
2) Tanda
hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat
menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:
20 2/3 (dua puluh
dua-pertiga)
22/30 (dua-puluh-dua
pertiga puluh)
h. Penulisan
bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
pada awal abad XX (angka
Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan
angka Arab)
pada awal abad kedua
puluh (huruf)
kantor di tingkat II
gedung itu(angka romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu(huruf dan angka
Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)
i.
Penulisan bilangan yang
mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut.
Misalnya:
lima lembar uang 1000-an (lima
lembar seribuan)
tahun 1950-an (tahun
seribu
sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an (uang
lima-ribuan)
j.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan
kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan
805
buku dan majalah. Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Rumah itu
dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
k. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan
huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda
terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang
seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan
pada laporan pertanggungjawaban.
Catatan:
1). Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan
jumlah.
2). Angka Romawi digunakan untuk menyatakan
penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
3). Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran
halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.
10.
Kata
Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku-
dan kau-
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku,
bukumu,
dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya
sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata-kata ganti itu (-ku,
-mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan
bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku
11.
Kata
si dan sang
Kata si
dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan
kepada si pengirim.
Toko itu memberikan
hadiah kepada si pembeli.
Siti mematuhi nasihat sang
kakak.
Catatan:
Huruf awal si dan
sang
ditulis dengan huruf kapital jia kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama
diri.
Misalnya:
Harimau itu marah
sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si
buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ejaan adalah keseluruhan
peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan
kata, huruf, dan tanda baca. Ejaan meliputi keseluruhan peraturan bunyi ujaran, tanda baca dan
pemenggalan (pemotongan) kata serta penggabungan kata yang tepat.
Perkembangan ejaan di Indonesia diawali
dengan Ejaan van Ophuijsen pada tahun 1901 yang menjelaskan tentang penggunaan
huruf j dan penggunaan tanda diakritik dan trema. Selanjutnya Ejaan Soewandi
berkembang pada tahun 1947 menjelaskan tentang penggunaan kata u dan pada tahun
1972 ejaan tersebut diganti dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
yang digunakan sampai saat ini. Sedangkan fungsi dari
ejaan dalam tulisan ilmiah yaitu sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata dan peristilahan, sebagai alat penyaring
masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia, sebagai
acuan dalam penulisan huruf, kata, dan pemakaian tanda baca dan penyesuaian terhadap kaidah bahasa Indonesia
yang baku agar mudah dipahami. Ruang lingkup (cakupan) ejaan dalam
tulisan ilmiah meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda
baca.
Pemakaian huruf
dalam tulisan ilmiah meliputi huruf abjad, huruf vokal,
huruf konsonan, huruf kapital, huruf
miring dan huruf tebal. Penggunaan tanda baca dudasarkan pada unsur
suprasegmental dan hubungan sintaksis yang didalamnya meliputi penggunaan tanda
baca titik, koma, titik koma, titik dua, tanda kutip dan
sebagainya. Sedangkan penulisan kata yang baik dan benar meliputi penggunaan
kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, suku kata, kata depan,
singkatan dan akronim, angka dan bilangan serta kata ganti sesuai dengan aturan
bahasa Indonesia yaitu pedoman Ejaan Yang Disempurnakan.
B.
Saran
Karya tulis
ilmiah atau tulisan yang baik adalah tulisan yang baik dan benar sesuai aturan
dan pedoman bahasa Indonesia sehingga memudahkan pembaca. Bagi pembaca yang
akan membuat suatu tulisan ilmiah diharapkan lebih memperhatikan penggunaan
tanda baca dan ejaan, pemilihan huruf,
penulisan kata dan kekonsistenan yang digunakan. Oleh karena itu, sebaiknya mengacu pada pedoman Ejaan
Yang Disempurnakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Akhadiah, dkk.
1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Ali Lukman, ed. 1957. Bahasa dan Kesusatraan Indonesia sebagai
Tjermin Manusia Indonesia Baru (BKI).
Jakarta: Gunung Agung.
Alisyahbana, S. Takdir. 1957. Dari Perdjuangan dan Pertumbuhan Bahasa
Indonesia(PBI). Djakarta: P.T. Pustaka Rakyat.
Chaer, Abdul. 2011.Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi,
Ende: Nusa Indah.
Kuntarto, Niknik M. 2011.
Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, Edisi Kedua. Jakarta: Mitra Media Wacana.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
1975. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Jakarta: Agustus.
SOAL
Soal Pilihan Ganda
Jawablah
pertanyaan berikut dengan tepat!
Untuk soal nomor 1, 2, dan 3, pilihlah
jawaban yang paling tepat!
1. Dibawah ini adalah
DPP yang harus dibayar beserta jadwal
pembayaran:
a. Di
bawah ini adalah:
b. Di
bawah ini adalah
c. di
bayar beserta jadual
d. di
bayar beserta jadwal
2. Pelatihan
penggunaan bahasa Indonesia akan diadakan
pada 9 s/d 10 Nopember 2008
di Universitas Andromeda.
a. di
adakan
b. dilangsungkan
c. s.d
Nopember 2008
d. s.d
November 2008
3. Program
pendidikan dan latihan ini
sangat berguna bagi kegiatan
menulis akademik.
a. pelatih
b. pelatihan
c. berguna
sekali
d. digunakan
4. Penggunaan tanda koma dalam kalimat di bawah
ini yang benar adalah....
a. A.k,Pardede,as,M,A.
b. Saya,
setuju saudara.
c. O,
begitu kami baru mengerti sekarang.
d. Jendral
Sudirman, Pemimpin Tertinggi Tentara Indonesia.
5. Berikut ini contoh kalimat yang benar dalam
penggunaan tanda baca, kecuali :
a. Atas perhatian
Saudara, kami ucapkan terima kasih.
b. Buku itu disusun oleh
Drs.Sudjatmiko, M.A.
c. SitiAminah, S.E.M.M.
d.
Kalau begitu…., marilah kita laksanakan
Soal Essay
Sebutkan 3 fungsi huruf
kapital beserta contohnya!
KUNCI
JAWABAN
Pilihan Ganda:
1. B
2. D
3. B
4. D
5. C
Essay:
3 Fungsi huruf kapital
beserta contohnya:
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai
huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
petikan langsung.
Misalnya :
Adik
bertanya , “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!” “Kemarin engkau terlambat,” katanya.
“Besok pagi,” kata ibu, “Dia akan berangkat.”
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan tuhan,
termasuk kata ganti tuhan.
Misalnya :
Islam Alkitab
Kristen Weda

Tidak ada komentar:
Posting Komentar