Kamis, 17 November 2016

Makalah Kesantunan Ejaan dalam Tulisan Ilmiah

KESANTUNAN EJAAN DALAM TULISAN ILMIAH



MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok
pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Tiga
yang Diampu oleh
Drs. H. M. Nur Fawzan Ahmad, M. A.


oleh:
1.      Rahma Deni Widia Putri               (24010113120002)
2.      Nok Muntoyimah                           (24010113120030)
3.      Meilia Anggi Saputri                      (24010113120032)



JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014




KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kesantunan Ejaan dalam Tulisan Ilmiah”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Diponegoro.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :
  1. Bapak Drs.H.M. Fawzan Ahmad, M.A selaku dosen pengampu pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
  2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia.
  3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
  4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan makalah “Kesantunan Ejaan dalam Tulisan Ilmiah”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semarang, 5 Oktober 2014

Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................   ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................    iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .....................................................................................    1
B.     Rumusan Masalah ................................................................................    2
C.     Tujuan ..................................................................................................    2
BAB II KESANTUNAN EJAAN DALAM TULISAN ILMIAH
A.    Ejaan ....................................................................................................    3
1.      Pengertian Ejaan .............................................................................   3
2.      Sejarah Ejaan ..................................................................................   3
3.      Fungsi Ejaan ...................................................................................   4
4.      Ruang Lingkup Ejaan .....................................................................   4
B.     Penulisan Huruf ....................................................................................   4
1.      Huruf Abjad ....................................................................................  4
2.      Huruf Vokal ....................................................................................   5
3.      Huruf Konsonan .............................................................................   6
4.      Huruf Kapital ..................................................................................   7
5.      Huruf Miring ..................................................................................    11
6.      Huruf Tebal ....................................................................................    12
C.     Pemakaian Tanda Baca ........................................................................    13
1.      Dasar Tanda Baca ..........................................................................    13
2.      Macam-Macam Tanda Baca ...........................................................   13
D.    Penulisan Kata .....................................................................................    26
1.      Kata Dasar .....................................................................................    26
2.      Kata Turunan .................................................................................    26
3.      Bentuk Ulang .................................................................................    28
4.      Gabungan Kata ..............................................................................    29
5.      Suku Kata ......................................................................................    29
6.      Kata Depan di, ke, dan dari ...........................................................    32
7.      Partikel ..........................................................................................     32
8.      Singkatan dan Akronim .................................................................    33
9.      Angka dan Bilangan ......................................................................    35
10.  Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya .......................................   39
11.  Kata si dan sang .............................................................................    39
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ..........................................................................................    40
B.     Saran ....................................................................................................    40
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................  41
SOAL ....................................................................................................................    42
KUNCI JAWABAN .............................................................................................   43











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi saat ini semakin pesat, begitu juga arus globalisasi di Indonesia. Akibatnya, dampak dari globalisasi yang masuk ke Indonesia memberi banyak informasi yang  tidak selalu sesuai dengan budaya dan bahasa bangsa kita. Hal tersebut ditandai dengan  masyarakat khususnya remaja dari tingkat sekolah menengah sampai mahasiswa yang mengikuti arus negatif dari hal itu. Secara sederhana, akibat sering menonton tayangan televisi mereka mengikuti gaya bicara, gaya rambut, penampilan dan sebagainya. Gaya bahasa dari akibat tersebut menjadi penting untuk diketahui karena berdampak pada hasil interpretasi ke suatu tulisan. Seseorang yang terbiasa berbicara dengan kata-kata populer ternyata akan lebih sering menuliskan sesuai dengan apa yang diucapkannya termasuk dalam menulis ilmiah. Hal tersebut tidak sesuai karena ada pedoman dan aturan dalam bahasa Indonesia yang harus diikuti dalam membuat tulisan ilmiah yang baik dan benar.
Dewasa ini dalam ruang lingkup mahasiswa di setiap perguruan tinggi, mahasiswa dituntut dapat membuat suatu karya tulis ilmiah untuk memenuhi tugas dari pengajar atau untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi tersebut.  Tulisan ilmiah tersebut dapat berupa skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya. Kenyataannya masih sering ditemukan tulisan ilmiah yang tidak sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan(EYD) yang menjadi pedoman dasar membuat tulisan ilmiah. Mahasiswa sering tidak memperhatikan ejaan yang ditulis dan lebih banyak mengambil dari sumber tanpa tahu apa yang ditulisnya yakni hanya sekadar meniru. Mahasiswa dituntut dapat menulis yang baik dan benar  untuk menyelesaikan tugas akhirnya, tetapi sebagian besar hasil tulisan ilmiah mereka tidak memperhatikan ejaan. Ejaan sering kali dianggap hal yang biasa sehingga mereka menulis hanya asal menulis saja.
Pentingnya ejaan dalam suatu tulisan ilmiah terdapat pada baik dan benarnya pemakaian dan penulisan huruf, penggunaan tanda baca serta penulisan kata yang sesuai degan aturan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mempunyai aturan-aturan yang bersifat baku sehingga ejaan menjadi sesuatu yang pokok untuk dipelajari. Pemahaman tentang ejaan yang meliputi huruf, tanda baca dan penulisan kata harus ditekankan bagi mahasiswa yang akan membuat suatu tulisan ilmiah. Pemakaian ejaan dalam tulisan ilmiah oleh mahasiswa pada umumnya belum menggunakan ejaan yang baik dan benar sehingga kesalahan penggunaan ejaan banyak terjadi. Hal tersebut akibat karena kurangnya penguasaan terhadap aspek-aspek yang ada didalamnya. Oleh karena itu, ejaan sangat erat kaitannya dalam penggunaan  bahasa Indonesia produktif karya tulis. Dalam hal menulis orang tidak hanya dituntut untuk dapat menyusun kalimat dengan baik, memilih kata yang tepat, melainkan juga mengeja kata-kata dan kalimat tersebut sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Dari latar belakang di atas maka penulis menyusun makalah dengan judul “Kesantunan Ejaan dalam Tulisan Ilmiah”.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah ejaan itu?
2.      Bagaimana sejarah, fungsi dan ruang lingkup ejaan?
3.      Bagaimana penggunaan huruf dalam tulisan ilmiah?
4.      Bagaimana penggunaan tanda baca dalam tulisan ilmiah ?
5.      Bagaimana penulisan kata dan lambang bilangan dalam tulisan ilmiah ?
C.    Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian ejaan.
2.      Menjelaskan sejarah, fungsi dan ruang lingkup dalam ejaan.
3.      Menjelaskan penggunaan huruf dalam tulisan ilmiah.
4.      Menjelaskan penggunaan tanda baca yang tepat dalam tulisan ilmiah.
5.      Menjelaskan penulisan kata dan lambang bilangan yang baik dan benar dalam tulisan ilmiah.


BAB II
KESANTUNAN EJAAN DALAM TULISAN ILMIAH
A.    Ejaan
1.      Pengertian Ejaan
“Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca” (Kuntarto,2011:50).
Sementara menurut Abdul Chaer, “Secara umum ejaan bisa diartikan sebagai konvensi grafis, yaitu semacam perjanjian diantara para penutur suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya” (Chaer,2011:152).
2.      Sejarah Ejaan
a.      Ejaan van Ophuijsen
Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen ditetapkan sebagai ejaan bahasa Melayu pada 1901. Ciri khas yang menonjol adalah penggunaan huruf  j untuk menuliskan kata-kata jang dan sajang, penggunaan huruf oe pada kata goeroe dan kamoe, serta penggunaan tanda diakritik dan trema pada kata ma’moer dan do’a (Kuntarto,2011:50).
b.      Ejaan Soewandi
Setelah mengalami perkembangan kedudukan, Ejaan van Ophuijsen tergantikan oleh Ejaan Soewandi. Ejaan Soewandi atau Republik ditetapkan pada 19 Maret 1947 menggantikan Ejaan van Ophuijsen. Ciri yang menonjol dari ejaan ini adalah penggunaan huruf  u untuk menggantikan huruf oe, penggunaan bunyi sentak  k menggantikan tanda diakritik, penulisan kata depan di dan awalan di yang sama, yakni dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya (Kuntarto,2011:50).
c.       Ejaan Bahasa Yang Disempurnakan
Sejak tahun 1972 Ejaan Soewandi digantikan lagi dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah peraturan bahasa Indonesia yang diberlakukan sejak 1972 pada saat Kongres Bahasa Indonesia sampai saat ini dengan beberapa kali penyempurnaan (Kuntarto,2011:50).


3.      Fungsi Ejaan
Berdasarkan pengertian dan sejarah ejaan menurut Kuntarto, maka ejaan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a.       Sebagai acuan dalam penulisan huruf, kata, dan pemakaian tanda baca.
b.      Penyesuaian terhadap kaidah bahasa Indonesia yang baku agar mudah dipahami. (Kuntarto,2011:50).
4.      Ruang Lingkup Ejaan
Dalam tulisan ilmiah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan ejaan, yakni mengenai penggunaan ejaan yang baik dan benar. Ejaan yang disempurnakan memiliki beberapa cakupan pembahasan meliputi pemakaian huruf, penggunaan tanda baca, dan penulisan kata.
Ruang lingkup ejaan yang meliputi pemakaian huruf, penggunaan tanda baca, dan penulisan kata memberikan penjabaran lebih terperinci dan jelas mengenai penggunaan ejaan yang baik dan benar. Sementara itu akhadiah dkk dalam bukunya Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia juga menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, dibandingkan dengan tulisan, masyarakat yang sering terlibat langsung menggunakan bahasa lisan, bertatap muka akan lebih memahami makna yang akan disampaikan oleh lawan bicaranya, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan jeda dan intonasi dari lawan bicara. Disinilah peranan pemberian tanda baca menjadi hal yang harus diperhatikan dalam penulisan karangan ilmiah.
Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan, dalam bahasa lisan faktor dan gerak gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta unsur-unsur non bahasa lainnya ikut memperlancar. Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat di dalam bahasa tulis. Ketiadaan itu menyulitkan komunikasi dan memberikan peluang untuk kesalahpahaman. Disinilah ejaan dan pungtuasi (tanda-tanda baca) berperan sampai batas-batas tertentu untuk memperjelas gagasan atau pesan (Akhadiah dkk,1994 : 179).
B.     Penulisan Huruf
1.      Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.


Huruf
Nama
Kapital
Kecil
A
A
A
B
B
Be
C
C
Ce
D
D
De
E
E
E
F
F
Ef
G
G
Ge
H
H
Ha
I
I
I
J
J
Je
K
K
Ka
L
L
El
M
M
Em
N
N
En
O
O
O
P
P
Pe
Q
Q
Ki
R
R
Er
S
S
Es
T
T
Te
U
U
U
V
V
Ve
W
W
We
X
X
Eks
Y
Y
Ye
Z
Z
Zet































2.      Huruf  Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a,e,i,o dan u.




Huruf Vokal
Contoh pemakaian dalam kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
A
Api
Padi
Lusa
E
Enak
Petak
Sore
Emas
Kena
Tipe
I
Itu
Simpan
Murni
O
Oleh
Kota
Radio
U
Ulang
Bumi
Ibu

3.      Huruf  Konsonan
Huruf yang dilambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,dan z.
Huruf Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
B
Bahasa
Sebut
Adab
C
Cakap
Kaca
-
D
Dua
Ada
Abad
F
Fakir
Kafan
Maaf
G
Guna
Tiga
Gudeg
H
Hari
Saham
Tuah
J
Jalan
Manja
Mikraj
K
Kami
Paksa
Politik
-
Rakyat
Bapak
L
Lekas
Alas
Akal
M
Maka
Kami
Diam
N
Nama
Tanah
Daun
P
Pasang
Apa
Siap
Q
Quran
status-quo
Taufiq
R
Raih
Bara
Putar
S
Sampai
Asli
Tangkas
T
Tali
Mata
Rapat


V
Varia
Lava
-
W
Wanita
Hawa
-
X
Xerox
-
sinar-x
Y
Yakin
Payung
-
Z
Zeni
Lazim
Juz

4.      Huruf Kapital
a.       Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
b.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Adik bertanya , “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!” “Kemarin engkau terlambat,” katanya.
Besok pagi,” kata ibu, “Dia akan berangkat.”
c.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan tuhan, termasuk kata ganti tuhan.
Misalnya :
Islam                Alkitab
Kristen             Weda
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
d.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin                   Sultan Hasanuddin
Haji Salim                               Imam Syafii
e.       Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang
Misalnya :
Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi agaknya sudah seperti kiai.
f.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya :
Wakil Presiden Adam Malik  
Perdana Menteri Nehru          
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
g.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia. Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
h.      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan pangkat yangtidak merujuk nama orang, atau instansi nama tempat tertentu.
Misalnya :
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
i.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya :
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Catatan :
1).  Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama belanda), von (dalam nama jerman) atau da (dalam nama portugal).
Misalnya :
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen H.
2). Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan     huruf pertama kata bin atau binti.
Misalnya :
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
3). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang  digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
Pascal second Pas
J/K atau JK-1 joule per Kelvin
j.        Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
mesin diesel
k.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya :
bangsa Eskimo                        suku Sunda                  bahasa Indonesia
l.         Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya :
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
m.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya
Misalnya :
tahun Hijriah
bulan Agustus
n.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya :
Perang Candu
Perang Dunia I
o.      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya :
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
p.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya :
Banyuwangi                Asia Tenggara
Cirebon                       Jawa Barat
q.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya :
ukiran Jepara                           pempek Palembang
tari Melayu                              sarung Mandar
r.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan dan nama dokumen resmi kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau dan untuk.
Misalnya :
Republik Indonesia                            
Departemen Keuangan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
s.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya :
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
t.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata(termasuk semua unsur kata ulang yang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya :
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan
u.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya :
Dr.                                           doktor
S.E.                                         sarjana ekonomi
Ny.                                          nyonya
v.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama  kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara,kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya :
Adik bertanya,”Itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang
w.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya :
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima dengan baik
5.      Huruf Miring
a.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku majalah, dan surat kabar yng dikutip dalam tulisan.
Misalnya:        
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca. Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa. Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
b.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a
c.        Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya :
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung dipadankan dengan ‘pandangan dunia’.
Catatan :
1)      Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2)      Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya :       
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
6.      Huruf Tebal
a.       Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya :
Judul               : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab                  : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab      : 1.1 Latar Belakang Masalah
  1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran :
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
b.      Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan ataumengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
Misalnya :
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring :
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
C.    Pemakaian Tanda Baca
1.      Dasar Tanda baca
Tanda baca (pungtuasi) didasarkan pada dua hal utama yang saling melengkapi, yaitu:
a.       Didasarkan pada unsur suprasegmental;
b.       Didasarkan pada hubungan sintaksis, yaitu:
1).  unsur-unsur sintaksis yang erat hubungannya tidak boleh dipisahkan dengan tanda-tanda baca;
2). unsur-unsur sintaksis yang tidak erat hubungannya harus dipisahkan dengan tanda-tanda baca (Keraf, 2004: 15).
2.      Macam-Macam Tanda Baca
Tanda baca yang digunakan berdasarkan atas nada dan lagu (suprasegmental), dan sebagian besar didasarkan atas relasi gramatikal, frasa dan inter-relasi antarbagian kalimat (hubungan sintaksis) (Keraf, 2004: 16).
a.      Titik (.)
Titik atau perhentian akhir dilambangkan dengan (.). tanda ini lazim dipakai untuk:
1)      Menyatakan akhir dari sebuah tutur atau kalimat.
Dalam kalimat tanya dan kalimat perintah atau seru mengandung pengertian perhentian akhir, yaitu berakhirnya suatu tutur, maka tanda tanya dan tanda seru yang dipergunakan dalam kalimat-kalimat tersebut selalu mengandung sebuah tanda titik (Keraf, 2004: 16).
Misalnya :
Ayah berangkat ke kantor bersama paman Abu.
Apa kabar dengan Nini yang tadi pagi jatuh dari sepeda?
2)      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat dan singkatan kata atau kata yang sudah lazim. Pada singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Misalnya :
Dr. (Doktor)                            a.n. (atas nama)
dr. (Dokter)                             d.a. (dengan alamat)
Ir. (Insinyur)                            u.b. (untuk beliau)
Kol. (Kolonel)                         dkk. (dan kawan-kawan)
M. Sc. (Master of Science)                 dst. (dan seterusnya)
S.H. (Sarjana Hukum)             dll. (dan lain-lain)
Prof. (Profesor)                       dsb. (dan sebagainya)
Drs. (Doktorandus)                 tsb. (tersebut)
M.A. (Master of Arts)             Yth. (Yang terhormat)
Catatan :
Semua singkatan kata yang mempergunakan inisial atau akronim tidak mempergunakan titik(Keraf, 2004: 17).
Misalnya :
MPR, DPR, ABRI, Hankam, Kopkamtib, Ampera, Lemhanas, dsb.
3)      Tanda titik dipergunakan untuk memisahkan angka ribuan , jutaan, dan seterusnya yang menunjukkan jumlah; juga dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik.
Misalnya :
1.000
154.376.200
pukul 5.45.42 (pukul lima lewat 45 menit 42 detik)
Catatan :
Apabila bilangan itu tidak menunjukkan jumlah maka tanda titik tidak digunakan.
Misalnya :
Pada halaman 5675 terdapat kata-kata berikut.
Ia lahir pada tahun 1825.
b.      Koma (,)
Koma atau perhentian antara yang menunjukkan suara menaik di tengah-tengah tutur, biasanya dilambangkan dengan tanda (,). Disamping itu untuk menyatakan perhentian antara (dalam kalimat), koma juga dipakai untuk beberapa tujuan tertentu (Keraf, 2004: 17). Koma dipergunakan dalam hal-hal berikut:
1)      Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat, antara kalimat setara yang menyatakan pertentangan, antara anak kalimat dan induk kalimat, antara anak kalimat dan anak kalimat.
Misalnya :
                                 Doni sudah berusaha menolong anak itu, tetapi tidak berhasil menyelamatkannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam usaha penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia, lebih dahulu harus ditentukan secara deskriptif tata fonem bahasa Indonesia, sebelum dilakukan pemilihan huruf bagi fonem-fonemnya.
2)      Tanda koma dipergunakan untuk menandakan suatu bentuk parentetis (keterangan-keterangan tambahan yang biasanya ditempatkan juga dalam kurung) dan unsur-unsur yang tak restriktif.
Misalnya :
Pertama, tulislah nama saudara di kertas itu.
Kedatangannya, seperti yang diinginkan semenjak dulu oelhnya, tidak disambut dengan upacara besar.
3)      Tanda koma dipergunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat mendahului induk kalimatnya, atau untuk memisahkan induk kalimat dengan sebuah bagian pengantar yang terletak sebelum induk kalimat.
Misalnya :
Bila hujan berhenti, pak Dudung akan memulai menanam jagung di sawahnya.
Sebagai pembuka acara ini, kami memberikan kesempatan kepada saudara Anang untuk maju ke depan.
4)      Koma dipergunakan untuk menceraikan beberapa kata yang disebut berturut-turut.
Misalnya :
Dia membeli seekor sapi, tiga ekor ayam, lima kilo beras untuk kunjungan ke rumah neneknya di Bandung.
Realita kehidupan penuh dengan fakta, opini, norma-norma yang berlaku menjadi tombak atau dasar bagi tingkah laku manusia hidup di lingkungannya.
5)      Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan transisi yang terdapat di awal kalimat, misalnya: jadi, oleh karena itu, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, di samping itu.
 Misalnya :
Oleh karena itu, sebagai makhluk yang beretika sudah sepantasnya saling menghargai akan hak orang lain.
Akan tetapi, pada kenyataannya anak yang bernama Susi meninggal karena sakit demam berdarah yang parah.
6)      Koma selalu dipergunakan untuk menghindari salah baca atau keragu-raguan.
Misalnya :
Meragukan : Di luar rumah terlihat sepi.
Jelas           : Di luar, rumah terlihat sepi.
Jelas           : Di luar rumah, terlihat sepi.
7)      Koma dipakai untuk menandakan seseorang yang diajak bicara.
Misalnya :                      
Saya setuju, saudara mengatakan fakta yang benar.
Saya mendoakan, Tini, anda akan sukses meraih semua impian yang telah anda rancang saat ini.
8)      Koma dipakai untuk memisahkan aposisi dari kata yang diterangkannya.
Misalnya :
Jenderal Soeharto, Presiden Republik Indonesia, dengan sekuat tenaga berusaha menyelamatkan rakyat Indonesia.
Orang tuanya, bu Markin, telah  meninggal seusai shalat berjamaah di masjid.
9)      Koma dipakai untuk memisahkan kata-kata afektif seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari bagian kalimat lainnya.
Misalnya :
Aduh, betapa malang gadis yang terjatuh dari balkon itu.
Wah, saya bangga dengan hasil yang anda capai.
10)   Tanda koma dipakai untuk memisahkan sebuah ucapan dari bagian kalimat lainnya.
Misalnya :
Kata ibu, “Indi harus berusaha lebih keras agar prestasinya bagus.”
11)   Koma dipergunakan untuk beberapa maksud berikut:
(1)   Memisahkan nama dan alamat , bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal.
(2)   Menceraikan bagian nama yang dibalikkan.
(3)   Memisahkan nama keluarga dari gelar akademik.
(4)   Menyatakan angka desimal (Keraf, 2004: 20).
Misalnya :
Bila anda ingin mengirim surat ke Bowo, alamatkan ke: Fakultas Sastra – Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang.
Suharto, Trimulyono.
A.K. Pardede, 5.5., M.A.
Halaman sekolah itu luasnya 15,45 meter.
c.       Titik Koma (;)
Fungsi titik koma terletak antara titik dan koma. Di satu pihak orang ingin melanjutkan kalimatnya dengan bagian-bagian kalimat berikutnya, tetapi di pihak lain dirasakan bahwa bagian kalimat tadi sudah dapat diakhiri dengan sebuah titik. Oleh karena itu titik-koma dilambangkan dengan sebuah titik di atas sebuah koma (;)(Keraf, 2004: 20).
Titik koma dipakai dalam hal-hal berikut:
1)      Untuk memisahkan dua bagian kalimat yang sederajat, di mana tidak dipergunakan kata-kata sambung .
Misalnya :
Ia seorang cendekiawan terkenal; seorang aktor yang berbakat; seorang seniman yang inspiratif.
2)      Titik-koma dipergunakan untuk memisahkan anak-anak kalimat yang sederajat .
Misalnya :                   
Dito merasa sudah lelah dengan masalah pribadinya; karena itu dia ingin meninggalkan rutinitasnya yang sudah digelutinya selama ini.
3)      Untuk memisahkan sebuah kalimat yang panjang yang mengandung subyek yang sama serta terdapat perhentian yang lebih lama dari koma biasa; teristimewa titik-koma digunakan bila dalam bagian kalimat terdahulu telah digunakan tanda koma.
Misalnya :
Tingkat kemunduran suatu budaya bangsa menunjukkan berbagai dampak negatif globalisasi; dengan demikian menunjukkan kelunturan kultur budaya Indonesia.
4)      Memisahkan ayat-ayat atau perincian-perincian yang bergantung pada suatu pasal atau pada suatu induk kalimat.
Misalnya :
Berdasarkan penelitian oleh badan pusat yang berwenang, kekerasan yang terjadi di kalangan masyarakat, kalangan anak di bawah umur, antara lain:
a)      sebagian besar dilatarbelakangi oleh keadaan ekonomi yang rendah;
b)      tingkat pengawasan dari pihak tertentu yang seharusnya disosialisasikan;
c)      ancaman sosial budaya yang mempengaruhi psikologi anak di bawah umur;
d)     cara belajar dan cara pengawasan orang tua terhadap anak;
e)      peningkatan mutu sosial lembaga yang khusus menangani masalah tersebut.
Sebagai pedoman dapat diingat bahwa titik-koma merupakan sebuah perhentian yang lebih lama dari koma. Dengan menggunakan sebuah titik-koma penulis dapat terhindar dari tiga kemungkinan kesalahan, yaitu:
1)      Berhenti secara tiba-tiba pada suatu rangkaian kalimat-kalimat pendek yang terrpisah yang diakhiri dengan titik biasa.
2)      Menghilangkan kejemuan (monotoni) dari suatu kalimat yang panjang, terdiri dari bagian-bagian kalimat atau anak-anak kalimat yang dirangkaikan dengan kata dan atau kata sambung lain.
3)      Menghindari kekaburan dari sebuah kalimat yang berbelit-belit yang dipisahkan oleh sebuah koma saja (Keraf, 2004: 22).
d.      Titik Dua (:)
Titik dua dilambangkan dengan (:) digunakan dalam hal-hal berikut:
1)      Sebagai penghantar sebuah kutipan yang panjang, baik yang di ambil dari sebuah buku, majalah dan sebagainya, maupun dari sebuah ucapan langsung
Misalnya :                                                                                                           
Dalam sebuah karangannya yang berjudul “Pengajaran Bahasa Indonesia” I.R. Poedjawijatna mengatakan : “Maka dari itu sekarang dapat kami majukan tujuan utama pengajaran bahasa: membimbing anak (orang yang belum tahu betul akan bahasa itu) supaya dapat mempergunakan dan menerima (mengerti) bahasa itu sebaik-baiknya.” (Ali Lukman, 1967).
2)        Titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan yang lengkap tetapi diikuti suatu rangkaian atau pemerian .
Misalnya :
Di toko depan rumah itu menjual barang-barang berikut ini: gula, beras, telur, lampu, buah, barang pecah-belah, dan sebagainya.
Manusia terdiri dari dua bagian: jiwa dan raga.
Titik dua tidak dipakai jika pemerian atau perincian merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya :
Di toko depan rumah itu menjual buah-buahan, gula, telur, lampu, dan sebagainya.
Manusia terdiri dari jiwa dan raga.
3)      Titik dua digunakan sebagai pengantar sebuah pernyataan atau kesimpulan.
Misalnya :
Pada dasarnya hal tersebut mengungkapkan fakta berikut: bahasa Indonesia dan Matematika adalah dua pelajaran dasar, bahasa Arab dan Jepang adalah suatu pilihan.
4)      Titik dua  dapat digunakan untuk memisahkan dua kalimat yang sederajat, sedangkan bagian yang kedua menerangkan atau menegaskan bagian yang pertama .
Misalnya :
Tiap pengajaran yang baik setidak-tidaknya: Donita adalah pengajar di sekolah yang baik.
5)      Titik dua dipakai sesudah kata atau frasa yang memerlukan pemerian.
Misalnya :
Ketua Panitia  : Ahmad Fauzan
Wakil             : Syarief Ali
Sekretaris       : Aisyah
Bendahara      : Regifani Okta
6)      Dalam teks drama atau dialog, titik dua dipakai sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan.
Misalnya :
Boy           : Tenanglah Ren, semua akan baik-baik saja.
Renata     : Aku hanya ingin menangis ketika cobaan ini begitu besar (menahan isak tangis).
Boy            : Aaaah, semua akan lebih baik jika kamu berdoa. Yakinlah Ren (tersenyum menyemangati Renata).
e.       Tanda Kutip (‘...’/ ”...”)
Tanda kutip dilambangkan dengan tanda (‘...’) atau (“...”), digunakan dalam hal-hal berikut:
1)      Untuk mengutip kata-kata seseorang,  sebuah kalimat, atau suatu bagian yang penting dari buku, majalah dan sebagainya. Apabila hanya ada satu kata yang dikutip maka tidak perlu menggunakan titik dua.
Misalnya :
Ia merintih dan meronta “Kejamnya dunia!” kepada para prajurit bersenjata.
Dalam bukunya yang berjudul “Pengajaran Bahasa Indonesia” I.R. Poedjawijatna mengatakan : “Maka dari itu sekarang dapat kami majukan tujuan utama pengajaran bahasa: membimbing anak (orang yang belum tahu betul akan bahasa itu) supaya dapat mempergunakan dan menerima (mengerti) bahasa itu sebaik-baiknya.” (Ali Lukman, 1967: BKI).
2)      Tanda kutip digunakan untuk menulis judul karangan (artikel), syair atau bab buku.
Misalnya :
Ia menulis sebuah artikel dalam majalah dinding edisi harian yang berjudul “Aku dan Pasir Putih Senja Menari”.
3)      Tanda kutip dipakai untuk memyatakan sebuah kata asing atau sebuah kata yang diistimewakan atau mempunyai arti khusus.
Misalnya :
Semboyan “buku, pesta dan cinta” sudah lama ditinggalkan baik di dalam tindak-tanduk maupun slogan.
Disertasi itu telah disetujui dan pihaknya mengatakan “Oke”.
4)      Tanda kutip dalam tanda kutip addalah apabila terdapat sebuah kutipan dalam sebuah kutipan, maka masing-masing harus dibedakan dengan tanda kutip yang berlainan.
Misalnya :
Bibi berkata “ketika itu waktu telah larut dan aku mendengar suara jeritan ‘Aduh kepalaku, siapa kamu?’” atau
Bibi berkata ‘Ketika itu waktu telah larut dan aku mendengar suara jeritan “Aduh kepalaku, siapa kamu?”’
5)      Tanda kutip tunggal dipakai untuk mengapit terjemahan atau penjelasan sebuah kata atau ungkapan asing.
Misalnya :
Teriakan-teriakan binatang dan orang primitif oleh Wundi disebut LAUTGEBARDEN ‘gerak-gerik bunyi’(Keraf, 2004: 25).
f.       Tanda Tanya(?)
Tanda-tanda yang dilambangkan dengan (?), digunakan dalam hal-hal berikut:
1)      Dalam suatu pertanyaan langsung, dapat ditegaskan bahwa tanda tanya tidak boleh digunakan dalam ucapan tak langsung( oratio indirecta).
Misalnya :
Bagaimana dengan tugas-tugas kuliah itu?
Akankah anda mengambil risiko itu, pak?
2)      Tanda tanya digunakan untuk menyatakan keragu-raguan atau ketaktentuan. Untuk maksud tersebut tanda tanya harus ditempatkan dalam tanda kurung (?) .
Misalnya :
Seniman bumi itu lahir tahun 1923(?) dan wafat pada tahun 1997.
3)      Tanda tanya terkadang digunakan untuk menggantikan suatu bentuk sarkastis.
Misalnya :
Dia seorang perempuan yang lembut(?) dan periang.
g.      Tanda Seru (!)
Tanda seru dilambangkan dengan (!), digunakan dalam hal-hal berikut:
1)      Untuk menyatakan suatu pertanyaan yang penuh emosi. Kata-kata seru biasanya dimasukkan dalam golonganini. Tanda seru tidak selalu harus dipakai di belakang kata-kata seru.
Misalnya :
Tidak mungkin! Itu tidak akan terjadi sekarang. Mustahil!
Perhatian! Perhatian!
Aduh! Malang sekali nenek yang ditabrak lari itu.
2)      Tanda seru selalu digunakan untuk menyatakan suatu perintah.
Misalnya :
Kerjakan saat ini juga!
Ambillah sisa nasi di dapur itu! Ibu akan membuangnya ke tempat sampah di depan rumah.
3)      Tanda seru dipakai untuk menyatakan bahwa orang yang mengutip sesuatu sebenarnya tidak setuju atau sependapat dengan apa yang dikutipna.
Misalnya :
Dataran-dataran itu dianggap sebagai bukti(!) pendaratan makhluk angkasa luar di bumi kita pada zaman lampau.
h.      Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dilambangkan dengan tanda (-), digunakan dalam hal-hal berikut:
1)      Memisahkan suku kata yang terdapat pada akhir baris. Semua suku kata(kata dasar atau afiks) yang terdiri dari satu huruf tidak dipisahkan supaya tidak terdpat hanya satu huruf pada ujung maupun awal baris. Jadi, jangan menulis: a-nak, i-bu, melompat-i, dsb. Walaupun pemisahan suku kata memang demikian (Keraf, 2004: 28).
Misalnya :
Mungkin tidak ada konsensus apakah pembangunan itu, apa definisinya dan bagaimana caranya.
2)      Tanda hubung dipakai untuk menyambung bagian-bagian dari kata ulang.
Misalnya :
Bermain-main, buah-buahan, sayur-sayuran, pertama-tama, dsb.
3)      Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungsn antara bagian kata atau ungkapan.
Misalnya :
Ber-evolusi, ber-uang, be-ruang.
Istri-jenderal yang cerewet (sang istri yang cerewet).
Istri jenderal- yang cerewet (jenderal yang cerewet).
4)      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, atau singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya :
Se-Indonesia, se-Jakarta; hadiah juara ke-1, ulangan hariang ke-4, tahun 90-an.
i.        Tanda Pisah (---)
Tanda pisah dilambangkan dengan(---), digunakan untuk hal-hal berikut:
1)      Untuk menyatakan suatu pikiran sampingan atau tambahan.
Misalnya :
Ada kritik yang menyatakan bahwa cara penyiar kita menggunakan bahasa Indonesia --- khusus dalam pengucapannya --- kurang baik.
Karangan yang memberi inspirasi bagi masyarakat --- khususnya saat ini--- menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2)      Untuk menghimpun atau memperluas suatu rangakaian subjek atau bagian kalimat sehingga menjadi lebih jelas.
Misalnya :
Tempat tinggal, sawah, ladang, hewan ternak --- musnah saat bencana gunung meletus terjadi.
Perumusan masalah --- penelitian, penilaian, pembuktian--- merupakan kerangka dalam penulisan karya ilmiah.
3)      Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan berarti sama dengan, sedangkan bila dipakai antara dua tempat atau kota berarti ke atau sampai.
Misalnya :
Seminar kesehatan itu berlangsung tanggal 8-10 okteober.
Ia tinggal bersama neneknya di Semarang dari tahun 2000-2010.
4)      Tanda pisah dipakai untuk menyatakan suatu ringkasan atau suatu gelar.
Misalnya :
Kegemaran dan kesenangan dalam kegiatan ini tidak lain --- menulis
Sahabat yang saya banggakan --- Maya
5)      Untuk menyatakan suatu ujaran yang terputus atau suatu keragu-raguan.
Misalnya :
Di dalam belukar itu terdapat seekor --- seekor--- tak dapat saya pastikan binatang apa itu.
j.        Tanda Elipsis (...)
Tanda elipsis atau titik-titik dilambangkan dengan tiga titik digunakan untuk menyatakan hal-hal berikut:
1)      Untuk menyatakan ujaran yang terputus-putus atau menyatakan ujaran yang terputus dengan tiba-tiba.
Misalnya :
Bita seharusnya... seharusnya... sudah berkumpul di tenda ini.
Terdengar sayup-sayup suara dari ujung lembah itu, seperti terjadi sesuatu yang menegangkan di sana, ... benar, ya itulah yang terjadi.
2)      Tanda elipsis deigunakan untuk menyatakan bahwa dalam suatu kutipan ada bagian yang dihilangkan. Tanda elipsis digunakan pada akhir kalimat karena menghilangkan bagian tertentu sesudah kalimat berakhir menggunakan empat titik, yaitu sebagai titik bagi kalimat sebelumnya dan tiga bagian yang dihilangkan (Keraf, 2004: 30).
Misalnya :
Karakter yang kuat di era globalisasi saat ini --- harus dibangun.
Demi kelancaran tata tertib hal ini sangat perlu.... sehingga tiap orang yang agak “keluar dari rel”, lantas ditindak.
3)      Tanda elipsis digunakan untuk meminta kepada pembaca mengisi sendiri kelanjutan dari sebuah kalimat.
Misalnya :
Perkembangan domestik di daerah pedesaan itu menurun. Akan tetapi masyarakatnya hidup dengan tercukupi karena mereka mampu mengatur pengeluaran. Bagaimanapun hal itu perlu diapresiasi tentang hal itu...!
k.      Tanda Kurung ( )
Tanda kurung dilambangkan dengan tanda (), digunakan untuk menyatakan hal-hal berikut:
1)      Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya :
Peranan IRRI (International Rice Research Institute) adalah untuk menciptakan berbagai varietas yang telah ditingkatkan (Keraf, 2004: 31).
2)      Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian integral dari pokok pembahasan (Keraf, 2004: 31).
Misalnya :
Memang diakui bahwa untuk dua jenis pelajaran (menurut kami harus dikatakan: ‘pengajaran’) ini ada metode dan sistimnya.
3)      Mengapit angka atau huruf yang memperinci satu seri keterangan.
Misalnya :
Hasil rapat siang ini adalah berikut:
a)      Mengapa sosialisasi kegiatan perlu?
Setiap  masyarakat harus mengerti secara menyeluruh dari kegiatan.
b)      Siapa sasaran utamanya?
(1)   Masyarakat umum;
(2)   Anak-anak;
(3)   Orang tua.
c)      Persoalan biaya ditanggung bersama dari pihak yang bersangkutan.
l.        Tanda Kurung Siku ([])
Tanda kurung siku dilambangkan dengan tanda [] (Keraf, 2004: 32). Tanda ini digunakan untuk maksud berikut:
1)      Dipakai untuk menerangkan sesuatu di luar jalannya teks atau sisipan keterangan yang tidak ada hubungannya dengan teks.
Misalnya :
Sementara itu lingkungan pemuda dari kampus ini berhubung [maksudnya: berhubungan] dengan kenyataan yang tidak berada di dalamnya saja.
2)      Mengapit keterangan atau penjelasan bagi suatu kalimat yang sudah ditempatkan dalam tanda kurung.
Misalnya :
(hanya menggunakan nada atau kombinassi nada-nada dan apa yang anda sebut persendian [atau mungkin kata lain perjedahan]).
m.    Garis Miring (/)
Garis miring dilambangkan dengan (/) dgunakan untuk:
1)      Pengganti kata dan, atau, per, atau memisah-misahkan nomor alamat yang mempunyai fungsi yang berbeda.
Misalnya :
Berdasarkan perhitungan tahun ini jumlah penduduk meningkat sebanyak 100 juta jiwa/tahun.
Jalan Anggrek Melati V/25-F
2)      Penomoran kode surat.
Misalnya :
SK Dekan No. 258/UN7.3.8/SK/2013 Tanggal 21 Oktober 2013
No. 8/SC/UKI/80
D.    Penulisan Kata
1.         Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
                  Buku itu sangat menarik.
                  Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
2.         Kata Turunan
a.    Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
            Misalnya:
                        berjalan
dipermainkan
gemetar
b.      Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
            Misalnya:
                        mem-PHK-kan
                        di-PTUN-kan
                        me-recall
c.       Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
                        Misalnya:
                                    bertepuk tangan
                                    garis bawahi
                                    menganak sungai
d.      Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, maka unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
                                    dilipatgandakan
                                    menggarisbawahi
menyebarluaskan
pertanggungjawaban
e.        Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
                                    antarkota
                                    antibiotik
                                    dwiwarna
paripurna
                                    poligami
Catatan:
1)      Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya:
                                    non-Indonesia
                                    pro-Barat
2)      Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya:
                                    Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
                                    Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
f.       Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.
Misalnya:
                                    Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
                                    Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
g.       Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
                                    Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
                                    Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
h.       Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
                                    taktembus cahaya
                                    taklaik terbang
                                    tak bersuara
3.      Bentuk Ulang
a.       Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
                         anak-anak
mondar-mandir
                         terus-menerus
Catatan:
1)      Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.
Misalnya:
             surat kabar                   surat-surat kabar
             kapal barang                kapal-kapal barang
2)       Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda.
Misalnya:
orang besar                  orang-orang besar
                         orang besar-besar
gedung tinggi              gedung-gedung tinggi
                                     gedung tinggi-tinggi
b.      Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya:
                        kekanak-kanakan
                        perundang-undangan
                        dibesar-besarkan
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
Misalnya:
                        Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2baru.
                        Kami mengundang orang2yang berminat saja.

4.      Gabungan Kata
a.       Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
           Misalnya:
                       duta besar
                       kambing hitam
                       orang tua
b.      Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
           Misalnya:
                       anak-istri Ali                           anak istri-Ali
                       ibu-bapak kami                                   ibu bapak-kami
                       buku-sejarah baru                  buku sejarah-baru
c.       Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
           Misalnya:
                       acapkali
                       adakalanya
                       daripada
5.      Suku Kata
a.       Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1)      Jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara   kedua vokal itu.
  Misalnya:
              bu-ah
              ma-in
              ni-at
              sa-at
2)       Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
                        pan-dai
                        au-la
sau-da-ra
3)       Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan ( termasuk gabungan huruf konsonan ) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
                        ba-pak
                        la-wan
                        mu-sya-wa-rah
4)      Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu.           
          Misalnya:
                    Ap-ril
                    cap-lok
                    makh-luk
5)      Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
  Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
         Catatan:
1)      Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
ba-nyak
kong-res
sang-gup
2)      Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir baris.
Misalnya:
 i-tu                        itu                   
 se-ti-a                   setia
b.       Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.
Misalnya:
                        ber-jalan          mem-bantu                  di-ambil
                        ter-bawa          per-buat                       makan-an
                        letak-kan                     pergi-lah                      apa-kah
Catatan:
1)      Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk  dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
                        me-nu-tup
                        me-ma-kai
                        pe-mi-kir
                        pe-nye-but
2)      Akhiran –i tidak dipisahkan pada pergantian baris.
3)      Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
              ge-lem-bung
              ge-mu-ruh
              si-nam-bung
4)      Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya:
              Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....
              Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.
c.        Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
              bio-grafi          bi-o-gra-fi
              bio-data           bi-o-da-ta
              pasca-sarjana               pas-ca-sar-ja-na
d.      Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah).


6.      Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
                  Bermalam sajalah di sini.
                  Di mana dia sekarang ?
                  Kain itu disimpan di dalam lemari.
                  Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
                  Cincin itu terbuat dari emas.
      Catatan:
      Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
      Misalnya:
                  Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
                  Dia lebih tua daripada saya.
                  Dia masuk, lalu keluar lagi.
                  Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
7.      Partikel
a.       Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
            Misalnya:
                        Bacalah buku itu baik-baik!
                        Apakah yang tersurat dalam surat itu?
                        Siapakah gerangan dia?
                        Apatah gunanya bersedih hati?
b.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
            Misalnya:
                        Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
                        Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
                        Jika ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.
Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
                        Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
                        Bagaimanapun juga tugas itu akan diselesaikan.
                        Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
c.       Partikel per yang berarti ‘demi’, ’tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
            Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
Catatan:
Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.
8.      Singkatan dan Akronim
a.       Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1)      Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution                   Abdul Haris Nasution
H. Hamid              Haji Hamid
Suman Hs.             Suman Hasibuan
M.Hum.                magister humaniora
Bpk.                       Bapak
Kol.                       kolonel
2)      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR          Dewan Perwakilan Rakyat
PBB          Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO                    World Health Organization
3)      Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
jml.            jumlah
kpd.           kepada
tgl.             tanggal
hlm.           halaman
no.             Nomor
4)      Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya:
dll.             dan lain-lain
dsb.           dan sebagainya
Yth.           Yang terhormat
Catatan:
     Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
5)      Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n.            atas nama
d.a.            dengan alamat
u.b.            untuk beliau
u.p.            untuk perhatian
6)      Lambang kimia, singkatan, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.
Misalnya:
Cu             kuprum
cm             sentimeter
Rp             rupiah
b.   Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
1)      Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
LIPI                Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN                Lembaga Administrasi Negara
PASI               Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
                  SIM                 surat izin mengemudi
2)      Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog                          Badan Urusan Logistik
Bappenas                     Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi                           Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
3)      Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu              pemilihan umum
iptek                ilmu pengetahuan dan teknologi
rapim               rapat pimpinan
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
a)      Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
b)      Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
9.      Angka dan Bilangan
a.       Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Misalnya :
            Angka Arab                   : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
            Angka Romawi              : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)
b.      Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
Misalnya :
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.  Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
c.       Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian. Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
            250 orang peserta diundang panitia dalam seminar itu.
d.      Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
e.        Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter
2.000 rupiah
tahun 1928
17 Agustus 1945
                   27 orang
Catatan:
1)      Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
2)      Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
3)      Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No.15
Apartemen No.5
Hotel Mahameru, Kamar 169
f.       Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, Halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus2:3
g.      Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
1)       Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas         (12)
tiga puluh        (30)
lima ribu          (5000)
2)      Bilangan pecahan
Misalnya:
Setengah                     (1/2)
seperenam belas          (1/16)
tiga perempat              (3/4)
Catatan:
1)      Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
2)      Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:
20 2/3                          (dua puluh dua-pertiga)
22/30                             (dua-puluh-dua pertiga puluh)
h.      Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
             pada awal abad XX (angka Romawi kapital)
            dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab)
             pada awal abad kedua puluh (huruf)
             kantor di tingkat II gedung itu(angka romawi)
            di tingkat ke-2 gedung itu(huruf dan angka Arab)
            di tingkat kedua gedung itu (huruf)
i.        Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut.
Misalnya:
lima lembar uang 1000-an                  (lima lembar seribuan)
tahun 1950-an                                     (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an                                     (uang lima-ribuan)
j.         Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
k.        Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Catatan:
1).  Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
2).  Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
3).  Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.


10.  Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku
11.  Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Siti mematuhi nasihat sang kakak.
Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jia kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca. Ejaan meliputi keseluruhan peraturan bunyi ujaran, tanda baca dan pemenggalan (pemotongan) kata serta penggabungan kata yang tepat.
Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan Ejaan van Ophuijsen pada tahun 1901 yang menjelaskan tentang penggunaan huruf j dan penggunaan tanda diakritik dan trema. Selanjutnya Ejaan Soewandi berkembang pada tahun 1947 menjelaskan tentang penggunaan kata u dan pada tahun 1972 ejaan tersebut diganti dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang digunakan sampai saat ini. Sedangkan fungsi dari ejaan dalam tulisan ilmiah yaitu sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata dan peristilahan, sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia, sebagai acuan dalam penulisan huruf, kata, dan pemakaian tanda baca dan penyesuaian terhadap kaidah bahasa Indonesia yang baku agar mudah dipahami. Ruang lingkup (cakupan) ejaan dalam tulisan ilmiah meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca.
Pemakaian huruf dalam tulisan ilmiah meliputi huruf abjad, huruf  vokal, huruf  konsonan, huruf kapital, huruf miring dan huruf tebal. Penggunaan tanda baca dudasarkan pada unsur suprasegmental dan hubungan sintaksis yang didalamnya meliputi penggunaan tanda baca titik, koma, titik koma, titik dua, tanda kutip dan sebagainya. Sedangkan penulisan kata yang baik dan benar meliputi penggunaan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, suku kata, kata depan, singkatan dan akronim, angka dan bilangan serta kata ganti sesuai dengan aturan bahasa Indonesia yaitu pedoman Ejaan Yang Disempurnakan.
B.     Saran
Karya tulis ilmiah atau tulisan yang baik adalah tulisan yang baik dan benar sesuai aturan dan pedoman bahasa Indonesia sehingga memudahkan pembaca. Bagi pembaca yang akan membuat suatu tulisan ilmiah diharapkan lebih memperhatikan penggunaan tanda baca dan ejaan, pemilihan huruf,  penulisan kata dan kekonsistenan yang digunakan. Oleh karena itu,  sebaiknya mengacu pada pedoman Ejaan Yang Disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, dkk. 1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ali Lukman, ed. 1957. Bahasa dan Kesusatraan Indonesia sebagai Tjermin Manusia Indonesia     Baru (BKI). Jakarta: Gunung Agung.

Alisyahbana, S. Takdir. 1957. Dari Perdjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia(PBI). Djakarta: P.T. Pustaka Rakyat.

Chaer, Abdul. 2011.Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Keraf, Gorys.  2004. Komposisi, Ende: Nusa Indah.

Kuntarto, Niknik M. 2011. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, Edisi Kedua.              Jakarta: Mitra Media Wacana.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Agustus.



SOAL
Soal Pilihan Ganda
Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat!
Untuk soal nomor 1, 2, dan 3, pilihlah jawaban yang paling tepat!
1.      Dibawah ini adalah DPP yang harus dibayar beserta jadwal pembayaran:
a.       Di bawah ini adalah:
b.      Di bawah ini adalah
c.       di bayar beserta jadual
d.      di bayar beserta jadwal
2.      Pelatihan penggunaan bahasa Indonesia akan diadakan pada 9 s/d 10 Nopember 2008 di Universitas Andromeda.
a.       di adakan
b.      dilangsungkan
c.       s.d Nopember 2008
d.      s.d November 2008
3.      Program pendidikan dan latihan ini sangat berguna bagi kegiatan menulis akademik.
a.       pelatih
b.      pelatihan
c.       berguna sekali
d.      digunakan
4.  Penggunaan tanda koma dalam kalimat di bawah ini yang benar adalah....
a.       A.k,Pardede,as,M,A.
b.      Saya, setuju saudara.
c.       O, begitu kami baru mengerti sekarang.
d.      Jendral Sudirman, Pemimpin Tertinggi Tentara Indonesia.
5.  Berikut ini contoh kalimat yang benar dalam penggunaan tanda baca, kecuali :
a.       Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
b.      Buku itu disusun oleh Drs.Sudjatmiko, M.A.
c.       SitiAminah, S.E.M.M.
d.      Kalau begitu…., marilah kita laksanakan
Soal Essay
Sebutkan 3 fungsi huruf kapital beserta contohnya!
KUNCI JAWABAN
Pilihan Ganda:
1. B
2. D
3. B
4. D
5. C
Essay:
3 Fungsi huruf kapital beserta contohnya:
a.       Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
b.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Adik bertanya , “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!” “Kemarin engkau terlambat,” katanya.
Besok pagi,” kata ibu, “Dia akan berangkat.”
c.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan tuhan, termasuk kata ganti tuhan.
Misalnya :
Islam                 Alkitab
Kristen              Weda




Tidak ada komentar:

Posting Komentar